Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) telah berstatus pailit, setelah Pngadilan Niaga Jakarta Pusat mengabulkan permohonan pembatalan perjanjian perdamaian yang diajukan oleh PT Bank ICBC Indonesia. Perusahaan tak mampu membayar utang yang menumpuk pada bank tersebut.
Ketua Dewan Teh Indonesia Bambang Murtioso pun menepis pandangan bahwa tumbangnya SAEA menunjukkan bahwa industri teh nasional tengah melesu. Menurutnya itu murni karena perusahaan tak mampu bertahan.
"Industri baik-baik saja. Zaman seperti saat ini kreativitas perlu. Jadi sesuai kondisi sekarang jadi kalau pandai ya bertahan," tuturnya, Jumat (19/10/2018).
Direktur Eksekutif Dewan Teh Indonesia (DTI) Suharyo Husen secara terpisah dihubungi menjelaskan, saat ini total produksi teh nasional sebesar 130 ribu ton per tahun. Sekitar 70 ribu ton teh tanah air diekspor, lalu sisanya dijual di dalam negeri.
Total produksi teh itu berasal dari total perkebunan teh yang ada di Indonesia seluas 117 ribu hektar. Total lahan perkebunan itu memang menurun dibandingkan saat era industri teh tanah air berjaya di era 70an yakni seluas 160 ribu hektar.
Dari total luas lahan perkebunan teh itu sekitar 53 ribu hektar tersebar milik petani. Lalu sisanya dikuasai oleh korporasi baik swasta maupun BUMN.
Namun produktivitas secara industi menurun. Untuk kebun milik petani saat ini rata-rata produksi hanya sekitar 1 ton per hektar per tahun. Sementara korporasi sekitar 2,5-3 ton per hektar per tahun.
"Itu karena banyak tanaman yang tua juga. Untuk petani sedang mau didorong menjadi 2,5 ton per hektar. Ada gerakan penyelamatan agribisnis teh nasional. Jadi dari 53 ribu hektar sekarang sudah 15 ribu hekatre yang diperbaiki. Sekarang kondisi industri teh kita sudah mulai menunjukan perbaikan," terangnya.
Meski begitu, produk teh RI namanya masih cukup harum di mata dunia. Menurut Suharyo produk ekspor teh RI saat ini menduduki posisi kedua setelah Sri Lanka.
Dari total produksi teh nasional saat ini sebanyak 130 ribu ton per tahun, sekitar 70 ribu ton di ekspor ke berbagai dunia. Sisanya dijual di dalam negeri.
"Harga jual teh kita di luar saat ini sekitar US$ 2 per kg, Sri Lanka US$ 3 per kg. Tapi sekarang harga produk teh kita sudah membaik sekitar US$ 2,2 per kg," tutupnya. (dtf)