Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 pagi ini jatuh di laut utara Karawang, Jawa Barat. Ada 189 penumpang di dalam pesawat dengan rute penerbangan Jakarta-Pangkalpinang tersebut.
Peristiwa ini menjadi perhatian banyak pihak di awal pekan ini. Kejadian ini merupakan kecelakaan besar yang dialami Lion Air.
Sebelumnya, Lion Air sendiri juga pernah beberapa kali mengalami kecelakaan teknis, contohnya saat tergelincir di Gorontalo pada 29 April 2018 lalu. Untungnya, kecelakaan pada pesawat dengan penerbangan nomor JT 892 itu tak menimbulkan korban jiwa.
Selain itu, beberapa kejadian tak mengenakan juga kerap dialami penumpang Lion Air. Contohnya seperti pada kasus yang tak mendapatkan kursi atau tempat duduk, mendarat darurat, bagasi hilang, hingga masalah delay berjam-jam.
Di sisi lain, masalah keuangan grup perusahaan Lion Air juga kerap menjadi perhatian. Dari catatan, pada 2017 kemarin Lion Air Group membukukan kerugian akibat pelemahan daya beli saat itu.
Walau demikian, manajemen enggan menyebut angka kerugian secara spesifik. Manajemen hanya mengaku kerugian tahun lalu meningkat dibandingkan kinerja keuangan tahun 2016.
Meski mencatatkan kerugian, namun Lion Air Group tetap berupaya melebarkan sayapnya dengan membeli 50 pesawat Boeing 737 MAX 10 yang merupakan generasi terbaru di industri penerbangan. Demi mendapatkan 50 pesawat ini Lion Air merogoh kocek US$ 6,24 miliar atau sekitar Rp 84,2 triliun.
Pembelian 50 Boeing 737 MAX 10 ini sudah direncanakan sejak di Paris Air Show 2017. Pesawat generasi terbaru ini menjadi jet berlorong tunggal (single aisle) paling efisien dan menguntungkan di industri penerbangan.
"Pesawat ini memberikan keuntungan lebih karena memiliki tingkat efisiensi tinggi dari segi bahan bakar, biaya operasional, dan sangat sesuai dengan perkembangan armada yang semakin canggih," kata CEO Lion Air Group Edward Sirait Edward, Jakarta, Selasa (10/4) lalu.
Senior Vice President Asia Pasicif & India Sales Boeing Commercial Airplanes, Dinesh Keskar mengatakan Boeing 737 Max 10 ini memiliki kapasitas dari 130 hingga 230 tempat duduk dengan ketinggingan jelajah mencapai 3.850 mil laut atau 7.130 kilometer.
Lion Air Group juga berencana untuk membuka maskapai baru lagi di ASEAN tahun ini. Saat ini, Lion Air Group memiliki beberapa maskapai, yaitu Lion Air, Batik Air, Wings Air yang beroperasi di Indonesia. Lalu Malindo Air yang beroperasi di Malaysia, dan Thai Lion Air yang beroperasi di Thailand.
Terakhir, Lion Air Group juga membuka niatan untuk melantai di pasar modal. Sebelumnya perusahaan maskapai ini memang sudah berniat untuk melakukan pencatatan saham perdana (IPO), tapi niat itu diurungkan pada tahun lalu.
Niat IPO Lion Air Group terlihat dari manajemen yang hari ini mengikuti program 'les' Masterclass Ernst & Young Indonesia (EY). Program tersebut merupakan wadah edukasi bagi perusahaan yang berniat melakukan IPO.
"Ada Lion Air, Columbia Asia, Propan, Bank DKI, Humpuss Kimia, paling tidak manajemen mereka sudah mempersiapkan lah, tinggal mungkin mencari waktu," kata Partner Assurance Services EY Jongki Widjaja Indonesia di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (25/7) lalu.
Kini, Lion Air sedang dilanda masalah besar. Insiden jatuhnya salah satu pesawat Lion Air pagi ini tentu bisa mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap maskapai tersebut. Apalagi, pesawat yang jatuh tersebut baru beroperasi pada Agustus 2018 dan jika dihitung saat ini baru mengudara sekitar 2,5 bulan.
Pihak keluarga penumpang pesawat itu pun kini sedang memenuhi Bandara Depati Amir, Pangkalpinang. Duka menyelimuti, tangis tak terbendung. Mereka berkumpul di depan pintu kedatangan. Beberapa duduk lemas di kursi bandara dengan tangis menunggu kabar dari anggota keluarganya yang jatuh bersama pesawat tersebut. (dtf)