Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Nilai tukar rupiah akhirnya mampu keluar dari tekanan dominasi dolar Amerika Serikat (AS). Meski begitu masih ada pekerjaan rumah yang belum diselesaikan pemerintah untuk menjaga mata uang Garuda.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri mengatakan, salah satu pekerjaan rumah pemerintah yang belum selesai adalah defisit transaksi berjalan. Data makro ekonomi yang satu itu memang disebut-sebut menjadi penyebab rentannya pelemahan nilai tukar di kala dolar AS menguat.
"Kalau dilihat dari pernyataan Kemenkeu sendiri defisit transaksi berjalan karena banyaknya pengeluaran untuk proyek infrastruktur dan sektor produktif juga. Tapi jangan sampai ganggu perekonomian," ujarnya, Rabu (7/10/2018).
Menurut Reny, jika memang itu penyebabnya, seharusnya pemerintah mencari kantung-kantung sumber pendanaan lainnya. Dia menyambut baik sikap pemerintah yang beberapa kali menerbitkan surat utang.
"Itu harus dimanfaatkan, sukuk misalnya itu untuk pembangunan.," tambahnya.
Pemerintah sendiri memperkirakan defisit transaksi berjalan tahun ini 3%. Reny berharap pemerintah bisa menjaga agar defisit tidak lagi melebar.
"Mungkin PR ke depannya perkuat ekspor dalam negeri. Kalau menguat ada pembatasan barang impor itu menurunkan CAD," ujarnya.
Sementara untuk suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate, Reny menilai BI masih memiliki ruang untuk menaikkan satu kali lagi. Keputusan itu bisa diambil berbarengan ketika Bank Sentral AS The Fed menaikkan suku bunga di Desember 2018 agar menjaga dana asing tak minggat lagi.
"Kalau suku bunga level 5,75% mungkin bila naik satu kali lagi bertepatan Fed Rate naik di Desember. Mungkin bisa di 6%. Tapi dengan kenaikan itu mudah-mudahan tidak terlalu menekan pertumbuhan ekonomi," tutupnya. (dtf)