Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tepi Barat. Kabar kemenangan Rashida Tlaib, salah satu muslimah pertama yang resmi terpilih anggota Kongres Amerika Serikat(AS), disambut baik keluarga besarnya di Tepi Barat. Tlaib mencetak sejarah sebagai wanita keturunan Palestina-Amerika pertama yang menjadi anggota Kongres AS.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (8/11/2018), Tlaib (42) yang seorang politikus Partai Demokrat ini memenangkan kursi House of Representatives (HOR) -- setara DPR, untuk salah satu distrik di negara bagian Michigan dalam pemilihan umum (pemilu) sela pada 6 November kemarin. Tlaib yang sempat berkarier sebagai pengacara dan pekerja sosial ini, diketahui sebelumnya menjabat sebagai anggota legislatif parlemen negara bagian Michigan.
"Dia (Tlaib-red) menjadi sumber kebanggaan Palestina dan seluruh dunia Arab dan muslim," sebut paman Tlaib, Bassam, yang tinggal di desa kecil bernama Beit Ur Al-Fauqa, Tepi Barat.
Disebutkan Bassam bahwa keponakannya itu telah 'berdiri melawan (Presiden AS Donald) Trump' saat 'pemimpin-pemimpin Arab tidak bersedia menghadapinya'.
Dengan kemenangannya, Tlaib bersama seorang politikus wanita muslim lainnya, Ilhan Omar, mencetak sejarah sebagai dua muslimah pertama yang bergabung dengan Kongres AS sepanjang sejarah. Sebelumnya, Keith Ellison yang mewakili Michigan dan Andre Carson yang mewakili Indiana, menjadi dua pria muslim pertama yang menjadi anggota Kongres AS.
Tlaib sendiri juga mengukir sejarah sebagai wanita keturunan Palestina-Amerika pertama yang menjadi anggota Kongres AS.
"Saya akan berjuang untuk kebenaran. Saya jelas telah menetapkan agenda yang tidak akan menjadi prioritas bagi presiden saat ini, tapi itu bukan berarti saya tidak akan mendorongnya," ucap Tlaib kepada media lokal Detroit Free Press pada Selasa (6/11) waktu setempat.
Distrik kongres ke-13 di Michigan yang diwakili Tlaib di DPR AS memiliki salah satu populasi warga Arab-Amerika terbesar di AS. Kemenangan Tlaib menyoroti gelombang aktivis dan kandidat diaspora Palestina yang bergabung dengan sayap progresif Partai Demokrat di tengah rendahnya hubungan AS-Palestina di bawah Trump yang dinaungi Partai Republik.
Di bawah Trump, pemerintah AS mengabaikan Palestina dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besarnya ke sana. Tidak hanya itu, pemerintahan Trump juga menghentikan pendanaan bagi badan PBB untuk Palestina. Otoritas Palestina telah memutuskan hubungan dengan pemerintahan Trump.
Di Ramallah, Tepi Barat dan wilayah Palestina lainnya, pemilu sela AS dipantau dengan penuh kehati-hatian. "Pemilihan Tlaib dipandang sebagai secercah cahaya di tengah babak sangat gelap dalam sejarah rakyat Palestina," ujar Direktur Eksekutif Institut Palestina untuk Diplomasi Publik yang berbasis di Ramallah, Salem Barahmeh. (dtc)