Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Sumatera Utara (Sumut) mencatat, kasus pembunuhan di provinsi ini tergolong cukup tinggi. Bahkan, berdasarkan data yang dimiliki kepolisian dari Januari sampai dengan Oktober 2018, jumlahnya mengalami peningkatan signifikan bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2017.
Menanggapi ini, psikolog Irna Minauli mengatakan, meningkatnya kasus pembunuhan tampaknya menjadi trend di banyak tempat. Menurut dia, kondisi ini tentunya sangat mengkhawatirkan, karena dapat menimbulkan kecemasan dan perasaan tidak aman.
Direktur Minauli Consulting ini mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan pelaku sampai nekat membunuh korbannya. Yang pertama,faktor narkoba.
"Meningkatnya jumlah pecandu narkoba membuat banyak orang yang mengalami penurunan kemampuan dalam mengendalikan emosi. Akibatnya mereka menjadi impulsif, sehingga akan bereaksi negatif jika ada hal yang tidak menyenangkan. Bahkan bila mereka kehilangan kesabaran, lantas ingin menghabisi nyawa orang yang dianggap telah menghambat kesenangannya," ungkapnya kepada wartawan, Sabtu (10/11/21018).
Kemudian, jelas Irna, hal kedua yang menjadi faktor adalah over population (jumlah penduduk yang berlebih). Di mana, terang dia, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada samplel hewan tikus, ternyata menunjukkan perilaku agresif yang lebih besar ketika berada dalam lingkungan yang padat.
"Demikian pula halnya dengan manusia. Ketika kita berada dalam lingkungan yang padat dan kumuh, maka kemungkinan terjadinya konflik akan semakin besar, sehingga dapat memicu pembunuhan," terangnya.
Namun begitu, lanjutnya, hubungan (relasi) dalam keluarga juga bisa pemicu pelaku nekat membunuh. Irna menyebutkan, hal ini telah dibuktikan dengan keluarga yang dibesarkan melalui kekerasan, akan lebih berpeluang melakukan pembunuhan.
"Perlakuan yang dianggap tidak adil dan pengabaian terhadap anak membuat kemarahan yang dapat memuncak menjadi pembunuhan," ucapnya.
Selain itu, kata Irna, faktor keempat adalah masalah ekonomi ataupun kemiskinan. Sebab, sulitnya mendapatkan pekerjaan membuat banyak orang menjadi frustrasi, terlebih ketika mereka melihat ketidakadilan.
Begitu juga, sambung dia, kurangnya nilai keagamaan yang diajarkan juga menjadi salah satu penyebabnya manusia nekat membunuh. Karena, bila keimanan kurang, akan membuat seseorang kurang memiliki kemampuan dalam kendali emosi, sehingga merasa tidak bersalah ketika melakukan kejahatan.
"Faktor terakhir yang membuat orang nekat membunuh adalah gangguan jiwa. Para penderita depresi, paranoia dan skizofrenia lebih berpeluang untuk melakukan pembunuhan," paparnya.
Karenanya menurut Irna, kasus pembunuhan akan terus meningkat setiap tahunnya. Apalagi belakangan ini, dengan turut meningkatnya trend kasus perceraian, dimana berdasarkan riset, bahwa para pelaku kejahatan umumnya adalah seorang fatherless (tidak memiliki figur ayah).
"Selain itu pasangan yang bercerai juga bisa cenderung untuk melakukan tindakan kejahatan," ujarnya.
Karenanya, lanjut Irna, dalam upaya pencegahan kasus pembunuhan, peran keluarga harus menjadi kunci utama. Hal ini dimulai dari pembentukan komunikasi yang baik dalam keluarga, yang mengharuskan setiap orangtua hadir dalam pengasuhan anak.
"Jangan gantikan pengasuhan anak pada televisi atau gadget," imbuhnya.
Sebelumnya, Kasubdit III/Umum Ditreskrimum Polda Sumut AKBP Maringan Simanjuntak menyampaikan, pada bulan Januari hingga Oktober 2018 pihaknya mencatat sudah terdapat 96 kasus pembunuhan terjadi di Sumut. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2017 dimana terdapat 78 kasus.
"Dari 96 kasus pembunuhan ini, sebanyak 95 kasus atau 98,5% nya sudah berhasil diungkap. Kalau di tahun 2017, jumlah kasus yang berhasil diungkap ada 86 kasus, yang terdiri dari ungkapan kasus tahun 2016 dan juga tahun 2017," tandasnya.