Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Salah satu kelebihan karya sastra tradisional adalah karena memuat nilai-nilai kearifan lokal. Lewat sastra, para pujangga itu mengangkat hikayat, pantun, yang berisikan muatan-muatan lokal.
Hal itu dikatakan kritikus sastra, Damiri Mahmud, dalam acara "Temu Sastrawan III" yang digelar Balai Bahasa Sumatera Utara (BBSU) di gedung BBSU, Jalan Kolam Ujung No 7, Medan, Senin (12/11/2018).
Damiri mencontohkan, sastrawan Melayu. Karya-karya seperti Putri Merak Djingga adalah satu upaya menjaga kearifan lokal oleh para sastrawan Melayu. "Memang kebanyakan pengarangnya anonim, namun yang penting isinya yang harus dibaca," kata Damiri.
Dampak dari ketika kearifan lokal itu dituliskan dalam karya sastra, kata Damiri, orang Melayu takut menebang pohon sembarangan, karena menurut hikayat di sanalah tempat tinggal putri.
"Mungkin mereka takut sang putri pergi dari sana. Soalnya mereka terlanjur jatuh hati dengan sosok rekaan itu," lanjut Damiri.
Menurut Damiri cara kerja sastra itu unik. Tokoh rekaan bisa jadi panutan bagi masyarakat.
Acara Temu Sastrawan III ini diikuti oleh perwakilan dari 25 komunitas sastra (literasi) yang ada di Sumut.