Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Sejumlah negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC mempertimbangkan untuk mengurangi pasokan pada 2019. Mengutip CNN Business, Arab Saudi juga menjadi negara yang mengurangi produksi minyak.
Harga minyak untuk pertama kalinya ditutup di kisaran US$ 60 per barel, angka ini terus menurun sejak 11 hari lalu. Memang harga minyak sudah merosot sebanyak 20% sejak bulan lalu ini karena pasokan dan adanya perlambatan permintaan serta mata uang sejumlah negara yang melemah terhadap dolar AS.
Manajer Portofolio BP Capital Fund Advisors Ben Cook menjelaskan untuk menyesuaikan harga ini dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. "Pasar saat ini sedang dalam kondisi wait and see mereka ingin melihat dulu dampak dari pengurangan pasokan ini," kata Cook, Selasa (13/11/2018).
Pasar minyak yang bearish ini memang dipicu oleh beberapa faktor, seperti kekhawatiran investor dengan pertumbuhan ekonomi global. Tak hanya harga minyak, sentimen itu menyebabkan indeks Dow turun hingga 602 poin, kemudian Nasdaq juga terkoreksi hingga 3%.
Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al Falih menjelaskan saat ini negara anggota OPEC menyadari jika mereka harus menyeimbangkan pasokan dan harga minyak mentah di pasaran.
Pernyataan tersebut menyebabkan harga minyak melonjak ke posisi US$ 61,28 per barel. Hal itu juga memicu aksi jual yang dilakukan sebelum Presiden AS Donald Trump meminta Arab Saudi untuk tidak melakukan pemangkasan produksi minyak.
"Mudah-mudahan Arab Saudi dan OPEC tidak akan mengurangi produksi minyak," tulis Trump dalam cuitan di akun twitternya.
"Harga minyak harus jauh lebih rendah sesuai dengan pasokan," tambah dia. (dtf)