Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sebanyak tiga ton kopi Arabika asal Sumatra dieskpor ke California. Ekspor dilakukan oleh PT Alpha Gemilang Sejahtera (AGS).
Direktur PT AGS, Ujiana Sianturi, mengatakan, Rabu (14/11/2018), pemesanan kopi dari salah satu negara bagian di pesisir barat Amerika Serikat itu berawal dari sebuah pameran.
Ia menceritakan, awalnya buyer menyukai kopi dari Karo. Sejak perkenalan itu, ia diminta untuk mengirimkan sampel beberapa jenis kopi asal Sumatra. Setelah itu, sang buyer pun membantunya untuk urusan dokumen Food and Drug Administration (FDA).
"Pertama kali mengirimkan kopi Arabika sebanyak 600 kg pada 23 September lalu. Kali ini, eskpor kopi Arabika grade I peaberry sebanyak 3 ton ke Kalifornia, tepatnya di Palm Beach," terangnya.
Untuk mendapatkan kopi sesuai permintaan, ia pun bekerjasama dengan Kelompok Tahun i Kahoowa di Karo. Kopi yang ia beli dari petani dihargai Rp 120.000 per kg (green bean).
Menurutnya, sejak dulu kopi asal Sumatra sudah dikenal dengan kualitasnya, maka tidak heran jika harganya lebih tinggi dari kopi Toraja. Harga kopi Arabika dari Toraja sebesar paling tinggi Rp 100.000 per kg.
Dikatakannya, dalam berbisnis dia melakukannya secara transparan. Buyer, kata dia, jika pada pengiriman pertama dihargai US$ 7,6/kg, pada pengiriman kedua ini green bean dihargai US$ 7,9/kg. "Kita yakin keberlanjutannya karena buyer membuat gudang dan akan membuat kopi sachet," katanya.
Kepala Disbun Sumut, Herawaty mengapresiasi PT AGS yang sudah mengekspor kopi untuk kedua kalinya. Dia berharap kepada eksportir untuk tidak hanya sebagai penampung di hilir. Eksportir, kata dia juga harus membina petani karena pemerintah memiliki keterbatasan anggaran.
Eksportir dengan asosiasinya tentu saja bisa memberikan pendampingan kepada petani untuk menghasilkan kopi sesuai standar dan kualitas yang diinginkan. Disbun Sumut, setiap tahun memiliki program bimbingan teknis good agriculture practiceas(GAP) kepada petani seperti sekolah lapang pengendalian penggerek buah kopi (PBKO). Petani, masih terkendala dengan rendahnya produktifitas kopi.
"Bagaimana membudidayakan kopi dengan baik. Kita di situ. Kalau harga anjlok, di situ harusnya peran Disperindag," katanya.
Dia menambahkan, pemerintah kabupaten juga harus berperan lebih besar dalam mengembangkan komoditas di daerahnya. Kolaborasi, menurutnya, sangat penting dilakukan karena berkaitan dengan kesejahteraan petani.
"Kita berupaya membangun desa dan petani bermartabat dengan adanya peningkatan ekonomi dan kesejahteraannya," katanya.
Sariska Sembiring dari Free Trade Agreement (FTA), sebuah lembaga pemerintah di bawah Perjanjian Perdagangan Internasional (PPI) berfungsi untuk memberikan edukasi kepada pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) agar tidak hanya bermain di lokal.
"Bagaimana mereka bisa bermain global. Jadi edukasi tentang bagaimana tata cara ekspor dan lain sebagainya," katanya.