Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Balige. Curah hujan tinggi ternyata tidak serta merta mendukung pertanian. Seperti di Desa Sianipar Sihailhail, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir ( Tobasa), Sumatra Utara, seharusnya persawahan petani sudah memasuki masa panen namun karena hujan ditunda hingga reda.
"Kalau panen dipaksakan ketika turun hujan hasilnya tidak maksimal, biji padi banyak tertinggal dibatang karena sulit dipisahkan sehingga ditunda dulu sementara kalau hujan sudah reda," ujar seorang petani, Parningotan Siahaan, Kamis(15/11/2018) di Desa Sianipar Sihailhail,Balige.
Dia mengatakan, bentuk pelaksanaan panen di desanya masih mempergunakan tenaga manusia, sehingga apabila dipaksakan pemotongan padi disaat turun hujan menjadi kendala bagi tenaga kerja, seperti rasa gatal dan padi sering terkena lumpur.
"Kejadian seperti ini sering terjadi di saat masa panen, makanya ketika mengajak orang untuk panen harus benar benar melihat situasi dari iklim apakah hujan atau tidak," sebutnya.
Senada disampaikan warga Desa Lumbangorat Balige, Dimpos Hutajulu. Rencana untuk masa panen sudah ditetapkan dan sudah mengajak rekan sekampung untuk membantu secara marsiadapari (gotong royong). Namun, karena intensitas hujan yang selalu menyertai akhirnya menunda hingga reda.
"Kemarin hujan turun mulai pukul 09:00-13:00 WIB. Hari ini sudah ada pertanda mendung dan kami menunggu dulu hingga nanti siang," ucapnya.
Kepala Dinas Pertanian Pemkab Tobasa, Sahat Manullang mengakui bahwa wilayahnya saat ini sedang didatangi hujan dan intensitasnya cukup tinggi. Ia menyarankan petani lebih menyesuaikan situasi agar hasil produksi pertanian tidak menurun hanya dikarenakan cuaca yang tak mendukung.
"Kalau memang petani ingin menggunakan treser atau mesin silahkan dibuatkan permohonan yang pasti bagaimana petani tidak mendapat masalah itu yang harus didukung," katanya.