Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini kembali mengalami pelemahan. Dolar AS pagi ini berada di level Rp 14.595.
Mengutip Reuters, Jumat (16/11/2018), mata uang Paman Sam itu bergerak dari level Rp 14.584 hingga Rp 14.600. Dolar AS pagi ini tercatat turun dibandingkan posisi sore hari kemarin yang mencapai Rp 14.650.
Pergerakan dolar AS sepanjang hari kemarin sendiri berada di kisaran Rp 14.631-14.784. Nilai tukar dolar AS masih belum kembali menyentuh Rp 15.000 setelah lengser dari posisi tersebut dua pekan lalu.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 2,18% sepanjang November dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Akan tetapi, nilai tukar rupiah masih melemah 10,1% di sepanjang tahun ini.
"Nilai rupiah kita November kuat 2,18% mtm, tapi sepanjang tahun depresiasi 10,1%. Ini setara dengan negara lain terhadap dolar AS penguatan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sri Mulyani meyakini nilai tukar rupiah masih berpeluang menguat. Pelemahan rupiah sepanjang tahun ini masih sama seperti China.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah bergerak sesuai mekanisme pasar. Meski belakangan ini nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS namun dilihat secara keseluruhan dari awal tahun rupiah masih keok.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pergerakan rupiah bergerak sesuai mekanisme pasar dan mendukung proses penyesuaian sektor eksternal dalam menopang kesinambungan perekonomian.
"Rupiah mencatat depresiasi pada triwulan III dan Oktober 2018 dan kemudian menguat pada November 2018," ujarnya di Gedung BI.
BI mencatat pada triwulan III-2018 rupiah tercatat melemah 3,84%. Sementara pada Oktober 2018 rupiah melemah terhadap dolar AS sebesar 1,98%.
"Pelemahan itu akibat ketidakpastian ekonomi global," tambahnya.
Namun BI mencatat pada November 2018 rupiah menguat dipengaruhi aliran masuk modal asing yang dipicu kondisi perekonomian domestik yang tetap kondusif, kebijakan pendalaman pasar keuangan, dan pengaruh sentimen positif dari hasil pemilu di AS dan sempat meredanya ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok.
"Aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik terjadi pada semua jenis aset, termasuk ke pasar saham," kata Perry. (dtf)