Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Tak bisa dipungkiri jika pada Pemilu 2019 kalangan milenial berusia muda, 17-36 tahun, merupakan pemilih tercerdas. Dengan penguasaan mereka terhadap penggunaan peralatan teknologi informasi. Hingga 2-8 jam pe rhari. Sayangnya, kebanyakan dari mereka tidak suka politik.
Melibatkan sebanyak mungkin kalangan milenial untuk memilih bisa disebut sebagai revolusi pemilih. Itu sebabnya pasangan calon presiden, baik nomor urut 01 maupun 02, siap berpeluh merebut hati pemilih pemula.
"Dalam kaitan itu, penting bagi orang-orang muda memperjuangkan gerakan memilih orang muda untuk mengalahkan orang tua pada Pemilu 2019," demikian disampaikan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Dadang Darmawan Pasaribu pada diskusi bertema "Revolusi Pemilih dan Tantangan Pemilu 2019" yang diselenggarakan Lembaga Konsultan Pada Citra Strategi Indonesia di Cafe Penang Corner Medan, Sabtu (15/12/2018).
Ungkap Dadang yang juga mantan Ketua Badko Himpunan Mahasiswa Islam Sumut, selama 73 tahun Indonesia para kalangan tua telah membuat kerusakan sumberdaya alam dan cara berfikir. Keduanya menjadi persoalan pelik. Hingga merusak moral. Terdapat waktu 150 hari hingga Pemilu pada 17/4/2019 untuk mempengaruhi kalangan milenial atau orang-orang muda untuk mengubahnya.
"Terdapat peluang besar, tergantung siapa yang mampu mengajak dan memanfaatkan mereka. Di dunia hanya orang-orang muda yang mampu mengalahkan kaum tua untuk menciptakan perubahan signifikan," tegasnya.
Tampil sebagai pembicara dalam diskusi yang dipandu moderator Fakhrur Rozi ini, juga tiga calon anggota legislatif muda, seperti, Sofyan Nasution (40) dari Perindo, Meryl Rouly Saragih (28, PDI Perjuangan) dan Fajeri Siregar (34, Hanura). Plus Ketua KPU Medan Agussyah Ramadhani Damanik dan akademisi FH USU Edy Ikhsan.
Sofyan yang pernah mencalonkan diri menjadi jadi Bupati Deliserdang menyatakan pentingnya kalangan muda terjun ke dunia pokotik, khususnya menjadi anggota legislatif. Untuk menggantikan kalangan tua yang telah berkali-kali duduk di parlemen.
"Mereka yang duduk di DPRD sekarang sudah kebanyakan berusia tua, cenderung koruptif dan tidak produktif. Saatnya kalangan milenial yang lebih mengerti kondisi kekinian menggantikan," kata Sofyan.
Rouly yang merupakan anak perempuan Ketua DPD PDIP Sumut Japorman Saragih menyatakan keheranannya atas sikap masyarakat yang meragukan dirinya sebagai caleg, karena usianya yang sangat muda (28) dan seorang perempuan. Saat blusukan ke berbagai tempat, seperti, pasar, dia mengaku sering ditanya apakah bisa jadi caleg.
"Hanya kalangan muda yang bisa mengubah kondisi Indonesia saat ini agar lebih baik. Sama seperti Bung Karno, Kartini dan Sudirman yang melakukan terobosan di masa mudanya," tegas Rouly yang merupakan peraih gelar master hukum dari Universitas Pelita Harapan.
Kepada kalangan pemilih milenial yang jumlahnya sangat signifikan, lebih dari 80 juta, Rouly mengingatkan untuk tidak memandant sebelah mata. Mereka bisa menentukan poros ketiga dan mengambil sikap tidak ikut memilih.
Sementara itu Edy menyatakan para caleg muda yang berani memutuskan terjun ke dunia politik, merupakan orang-orang yang tidak beruntung. Oleh partai yang mencalonkan, mereka tidak dibekali pendidikan sehingga memiliki kemampuan yang mumpuni dalam pertarungan politik yang dihadapi.
"Mereka para caleg muda juga tidak difasilitasi agar bisa bertemu dengan masyarakat yang bakal memilih di Pileg," ungkap Edy.