Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Burung hantu merupakan predator hama tikus yang kerap menyerang pertanaman padi sawah petani. Karena itu, keberadaan burung hantu tidak boleh hilang, apalagi diburu. Burung hantu bisa "dipancing" untuk datang dan mencari mangsa tikus di areal persawahan dengan cara membuat gupon atau sarangnya.
Kepala UPTD Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara (PTPH Sumut), Marino, mengatakan hal itu kepada MedanBisnis, Senin (21/1/2019). Menurutnya, tahun 2003-2004 di Sumut pernah membuat gupon atau rumah burung hantu di beberapa kabupaten, terutama yang menjadi endemik serangan hama tikus seperti Mandailing Natal, Tapanuli Selatan dan Simalungun. Namun karena sudah lama dan tidak terawat, gupon-gupon itu rusak.
Tahun ini, kata dia, ada rencana untuk membangun kembali gupon di lokasi yang serangan tikusnya banyak. Dia berharap dengan adanya gupon, burung hantu akan bersarang di tempat tersebut dan memburu mangsa tikus di areal persawahan tersebut. Menurutnya, burung hantu merupakan predator alami hama tikus yang keberadaannya sangat penting, sebagaimana halnya ular.
Karena itu, kata Marino, pihaknya telah merekomendasikan kepada petani agar tidak membunuh atau memburu burung hantu dan ular di sawah. "Keduanya merupakan predator alami yang keberadaannya sangat penting. "Kita berharap nanti akan datang burung hantunya dan bersarang. Dengan begitu akan sangat membantu dalam penanggulangan serangan hama tikus pada persawahan petani," katanya.
Kepala Seksi Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman UPTD PTPH Sumut, Saadi, mengatakan, Tapanuli Selatan (Tapsel), Mandailing Natal (Madina), dan Simalungun menjadi endemik serangan hama tikus karena di daerah itu terdapat kawasan hutan dan perkebunan di sekitar persawahan.
Setiap dua minggu, pihaknya mendapatkan laporan dari lapangan oleh Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT). Laporan tersebut berkaitan dengan serangan OPT dalam 3 tingkatan, yakni ringan, sedang dan berat. Hingga saat ini, serangan hama tikus masih dalam tingkatan ringan dan bisa dikendalikan.
Dari laporan yang masuk pada periode 16-31 Desember 2018, jelas Saadi, tercatat serangan hama tikus di Tapsel seluas 2,7 hektare dari total luas tanam 4.600 hektare. Di Madinal korban serangan hama tikus seluas 1,1 hektare dari 6.469 hektare, Simalungun seluas 29 hektare dari luas tanam 18.625 hektare, Padang Lawas Utara (Paluta) seluas 10 hektare dari luas tanam 566 hektare, Deli Serdang seluas 7,8 hektare dari 1.816 hektare dan Toba Samosir seluas 10,5 hektare dari 2.437 hektare. "Harus dipahami bahwa ini serangannya masih masih ringan. Kan ada 3 tingkatan, ringan, sedang dan berat," katanya.