Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sebagai sutradara yang lebih memilih menciptakan film-film bercorak kedaerahan, Irham Archo benar-benar yakin kalau film baru yang tengah digarapnya bersama produser dari PT Prama Gatra Film, Steve Wantania, yakni "Horas Amang" akan meraih sukses secara bisnis.
Pengalamannya beberapa kali membuat film serupa, berciri kedaerahan, mendasari keyakinan tersebut. Irham yakin kalau dia tidak sedang gambling (berjudi). Apa yang dikerjakannya selalu terukur, pasti akan sukses.
"Kalau film Horas Amang gagal di pasar, ini akan menjadi kegagalan pertama saya," katanya mantap menjawab medanbisnisdaily.com seusai konferensi pers yang diikuti seluruh crew pembuatan Horas Amang di Sun Plaza Medan, Sabtu (2/2/2019).
Ungkapnya, sejak membuat film bercorak daerah Papua tahun 2010, dia selalu mendahuluinya dengan riset. Misalnya, film seperti apa yang paling disukai warga Papua. Beberapa jawaban diurutkan mulai dari yang terbanyak menyukai. Seperti, musik, action, film berisi nasihat. Ternyata mereka tidak selalu suka pesta-pesta.
Dari situlah titik awal film diciptakan. Dikerjakan sendiri, tanpa produser. Lalu berbagai pihak diajak mensponsori, seperti, pemerintah daerah. Kemudian perusahaan air minum lokal. Setelah tampung dan film diedarkan, berhasil meraih sukses.
"Dua tahun lalu di Makassar dan Kendali pola di Papua saya bawa untuk membuat film masing-masing daerah dan kembali meraup kesuksesan," tegas Irham yang juga pemilik rumah produksi "Rumah Semut".
Kesuksesan yang diraih sempat membuat sejumlah tawaran membuat film nasional menghampirinya. Tetapi ditolaknya. Dia lebih memilih membuat film berciri daerah. Kalau semua membuat film nasional siapa lagi yang membuat film daerah, itu alasannya.
Mengawali film Horas Amang, Irham mengaku sudah lebih dulu melakukan riset. Dari risetnya, dia berkesimpulan orang Batak menginginkan di film berciri Batak ada keterwakilan orang Batak asli sehingga bisa dibanggakan.
"Riset di Papua atau Sulawesi belum tentu bisa dipakai di daerah lain. Makanya untuk film Horas Amang ini riset tersendiri dilakukan lagi," ujarnya.
Itu sebabnya di film Horas Amang yang bergenre drama komedi dan mengandung pesan moral bernuansa UN versal, bersama Steve dan penulis skenario Ibas Aragi, mereka memakai Cok Simbara, Jack Marpaung dan beberapa aktor dan aktris asli orang Sumatera Utara bermain. Berbeda dengan film-film berciri Batak lainnya yang tidak memakai orang Batak asli. Film tersebut cuma sekedar meminjam tempat di Sumatera Utara sebagai lokasi syuting.
"Film Horas Amang ini sama seperti film Keluarga Cemara, ini seperti versi Bataknya. Siapa sih yang tidak merindukan nilai-nilai keluarga," terang Irham.