Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pertanian dengan cara organik menjadi solusi pemenuhan pangan yang sehat bagi masyarakat. Cara-cara organik dimulai dari persiapan awal di lahan yang akan ditanami. Komoditas bawang merah juga mesti mulai dilakukan dengan cara organik agar tumbuh dengan baik dan maksimal. Bagaimana caranya?
Utema Silan, dari UPTD Perlindungan Tanaman dan Hortikultura Sumatra Utara, kepada medanbisnisdaily.com, Senin (4/2/2019), mengatakan, sejak awal petani harus membuat kompos. Dalam pembuatan kompos tersebut akan sangat baik jika fermentasinya dicampur dengan Trichozia yang di dalamnya mengandung tujuh mikroba. Kompos tersebut nantinya dicor di lahan atau bedengan dengan ketebalan 5 - 10 cm. Setelah itu, tempat penanaman ditutup dengan mulsa yang sudah dilubangi.
Jika penanaman dilakukan di musim kemarau, jarak tanamnya 15 x 15 cm. Sedangkan di musim penghujan seperti sekarang ini, jarak tanamnya diperbesar menjadi 20 x 20 cm. Pihaknya sudah pernah mencoba penanaman di musim penghujan di Marelan beberapa waktu lalu dengan dua metode yakni ditutup mulsa dan tidak. Pertumbuhan di lahan bedengan yang ditutupi mulsa tumbuh lebih cepat dan umbinya lebih besar daripada yang tidak menggunakan mulsa.
Musababnya, bedengan yang menggunakan mulsa kelembabannya lebih terjaga. Karena itu dia menyarankan agar petani menggunakan mulsa di lahan pertanaman bawang merahnya. Apalagi, ketika tingkat kelembaban tinggi, penyakit lebih mudah datang. Hal tersebut juga yang membuat petani lebih banyak bertanam bawang merah di saat musim kemarau yang kemunculan penyakitnya lebih rendah. Sebelum lahan bedengan ditutup dengan mulsa, menurutnya lahan tersebut juga harus disemprot dengan Triichozia
Langkah berikutnya, setiap seminggu sekali lahan juga harus dicor dengan campuran 5 kg pupuk NPK dengan 2 botol Trichozia. Dengan demikian, tidak diperlukan lagi pemberian pupuk tabur. Menurutnya, hal tersebut sudah sesuai dengan prinsip pemupukan, yakni sedikit tapi sering.
Dia membenarkan bahwa bertanam bawang merah seperti merawat bayi yang membutuhkan perhatian dan kesabaran yang tinggi. Namun penggunaan Trichozia cukup membantu. Berdasarkan pengalamannya bertanam bawang merah di musim penghujan beberapa waktu lalu, tidak ada kemunculan penyakit. Hanya saja, saat itu yang muncul ulat grayak.
Karenanya, petani harus rajin melakukan pengamatan. Jika ada kelompok telur, maka harus dihilangkan. Penerapan secara kimia menurutnya bisa saja berhasil namun harus dengan modal yang besar. Dengan demikian, dampaknya terhadap tanah dan perkembangannya kelak juga akan terasa. "Semakin besar menggunakan cara kimia, semakin besar pula uang yang harus dikeluarkannya. Dampaknya pun nanti juga akan besar," katanya.