Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menjadi wakil rakyat dianggap masih menjadi dominasi laki-laki. Banyak faktor yang disebut melatari anggapan tersebut.
Setidaknya hal itulah yang disampaikan Asisten Deputi Kesetaraan Gender Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Darsono dalam diskusi bertema 'Jalan Terjal Caleg Perempuan Menuju Kursi Legislatif pada Pemilu 2019'. Dia menyoroti anggapan itu berdasarkan budaya patriarki.
"Budaya patriarki kadang-kadang perempuan pun memiliki pola pikir patriarki. Karena ada persepsi gini, 'Ah perempuan nggak usah sibuk-sibuk ah jadi DPR mendingan laki-laki.' Persepsi begitu kan persepsi patriarki, itu yang melanda pemikiran kaum perempuan sebagian," ucap Darsono dalam diskusi yang digelar di media center KPPPA, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (15/2/2019).
Selain itu urusan budaya, biaya politik hingga mobilitas seorang calon anggota legislatif (caleg) perempuan disebut Darsono sebagai kendala. Padahal, menurut Darsono, seorang caleg harus terjun langsung mengenalkan diri ke publik.
"Tapi kan kadang mereka harus izin suaminya. Kalau dia belum punya suami, harus izin orang tuanya. Itu tantangan terbesar. Itu baru tantangan sumber daya," kata Darsono.
Kemudian Darsono menyoroti persepsi politik yang menurutnya masih kerap memunculkan politikus laki-laki. Dalam hal ini dia menyebut media memiliki pengaruh.
"Persepsi politik itu juga sangat mempengaruhi. Misalnya, wartawan itu sangat penting mendukung. Ciptakan opini publik itu kan media yang sangat penting. Untuk memecahkan opini publik bahwa perempuan memiliki kualitas yang setara," ujarnya.(dtc)