Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Samosir. Kapal wisata berornamen rumah Batak yang dikelola Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, Sumatra Utara sepi pemesanan. Jika tidak ada upaya yang dilakukan pengelola maupun Dinas Pariwisata, maka dikhawatitkan target pendapatan asli daerah (PAD) dari sewa KM Wisata tersebut Rp 500 juta/tahun bakal tidak terealisasi.
Sepinya pemesanan kapal yang resmi berlayar di Danau Toba pada 29 Desember 2017 itu mendapat tanggapan dari para nitizen. Pada umumnya mereka menilai tarif sewa kapal tersebut tergolong mahal.
Pemilik akun @Ronald Sihol Sinaga menuliskan komentar singkat: "Terlalu mahal". Pemilik akun lainnya, @Ayu Aritonang Simaremare dalam komentarnya menuliskan, "Ongkosnya mungkin bagi ekonomi minim terlalu mahal, apalagi untuk warga Samosir belum tentu pernah naik kapal ini, walaupun itu di Bona Pasogit sendiri, karena mahal."
Sedangkan @Tina Buneng dalam komentarnya menuliskan, "Bagaimana upaya masyarakat Samosir mempromosikan, sementara mereka pun belum pernah menaikinya. Ada baiknya Pemerintah Kabupaten memberikan kesempatan warganya menikmati fasilitas wisata dengan harga terjangkau. Paling tidak harganya dapat menutupi biaya operasional, agar kapal tersebut tetap berjalan secara rutin, bukan dalam rangka mengambil keuntungan."
Manajer KM Wisata Samosir, Ezrayani Rizky Simbolon, mengatakan, soal tarif sewa mahal itu tergantung dari sisi mana masyarakat melihatnya.
"Jadi gini, kalau kita lihat dari sisi pemakaian per orang, pasti mahal. Tapi kalau dari sisi rombongan, misalnya kemarin itu rombongan Simarmata se-Indonesia, rombongan Badan Intelijen Negara, mereka satu rombongan ada sekitar 25-30 orang. Jadi kalau dihitung Rp 2 juta dibagi 30 orang, berapa?. Kan gak semahal yang kita bayangkan," terang Ezrayani.
Dijelaskan, KM Wisata Kabupaten Samosir berkapasitas penumpang sebanyak 80 orang. "Memang kalau rombongan hanya 10 orang, otomatis anggapan masyarakat seperti itu," kata Ezrayani.
Selain itu, sambung Ezrayani, kapal yang dikelolanya memiliki fasilitas, seperti toilet skala internasional yang ramah lingkungan, ada karaoke, ruang rapat, dan tamu diberikan servis gratis air mineral, karena tidak diperbolehkan bawa makanan dari luar.
Dijelaskan, tarif kapal jam pertama Rp 1 juta, jam kedua Rp 500.000, jam ketiga Rp 500.000, dan jam keempat gratis (4 jam Rp 2 juta), mengeluarkan biaya operasional bahan bakar minyak (BBM) Rp 100.000/jam.
Sementara upah atau gaji pegawai, manajer Rp 3,5 juta, supervisor Rp 3 juta, nakhoda Rp 3 juta, teknisi Rp 2 juta, dan anak buah kapal (ABK) Rp 2 juta.
"Kalau target PAD kita tahun 2019 ini, masih sama dengan target tahun sebelumnya, yaitu Rp 500 juta. Memang target 2018 tercapai hanya Rp 400 juta," ungkapnya.
Kembali mengenai promosi KM Wisata Kabupaten Samosir, Ezrayani menyampaikan, hal itu tentu menjadi tanggung jawab bersama.
"Harapan kita, untuk mempromosikan kapal wisata Samosir tidak semata-mata hanya tugas kita (manajemen pengelola). Itu bagian dari kita semua, karena PAD yang dihasilkan kapal, juga untuk pembangunan Samosir," ucap Ezrayani.
Lebih lanjut, kata Ezrayani, dari manajemen terus gencar melakukan promosi dengan mengunjungi travel-travel yang ada di Sumatra Utara, dan travel di luar Sumatra terus menjalin komunikasi melalui media sosial.