Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Marelan. Kue Cincin Safwan berbahan tepung beras dan gula merah ditetapkan sebagai icon kue Danau Siombak oleh Dinas Sosial Kota Medan. Selain kue cincin yang disebut juga sebagai pani haram yang diproduksi di kawasan pinggiran Danau Siombak, Kelurahan Payapasir Kecamatan Medan Marelan, rasa kue ini sangat terasa sekali rasa tradisional.
Kue yang berasal dari Siombak Kelurahan Payapasir, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan ini sangat banyak disukai, karena cita rasa yang dimiliki memang sangat enak dan begitu khas. Pembuatannya diolah dengan cara digoreng, sehingga membuat cita rasanya makin enak dan lezat.
"Kue kering ini termasuk jajanan tradisional yang kini telah banyak disukai oleh semua kalangan, terutama kalangan anak-anak. Sajiannya juga sering dijumpai di mana-mana dengan harga yang terjangkau, namun panganan yang sudah menjadi icon Danau Siombak ini, masih dipasarkan dalam Kota Medan saja, meski sejumlah pengusaha grosir ada yang melirik untuk memasarkannya ke luar kota," kata Komariah Ulfa, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Rezi Baru ketika ditemui medanbisnisdaily.com di dapur pengolahan kue cicin di Jalan Danau Siombak, Lingkungan VII Kelurahan Payapasir, Kecamatan Medan Marelan, Jumat (15/3/2019).
Ulfa menyebutkan, ada 10 orang anggota KUBE Rezi Baru yang memproduksi kue cincin yang dipimpinnya. Lima orang yang memproduksi, mulai dari mengadon, mencetak dan menggoreng, yang lainnya sebagai pemasaran dan pengepakan.
Disebutkan, dalam sehari KUBE ini bisa memproduksi 20 Kg bahan baku tepung beras dan gula merah. Bahan yang sudah diolah terlebih dahulu diendapkan selama dua hari, kemudian di produksi dengan terlebih dahulu dicetak dan digoreng.
"Adonan yang diendapkan selama dua hari agar kue terasa gurih dan lezat tanpa harus menggunakan bahan pengembang ataupun pengawet," ujar Ulfa.
Dari 20 Kg adonan yang berbahan baku tepung terigu dan gula merah dengan perbandingan 1 banding 1 tersebut, kata Ulfa, dihasilkan kue gelang sebanyak 260 kotak, masing- masing kotak berisi 12 potong.
"Di hari biasa kita hanya produksi 20 Kg, kecuali hari minggu, sedangkan menjelang lebaran kita bisa memproduksi 300 Kg dalam sepekan menjelang lebaran," sebut Ulfa yang telah dikaruniai dua orang anak tersebut.
Ulfa optimis, lewat produksi kue khas Danau Siombak ini, KUBE yang dipimpinnya bisa menyisihkan keuntungan Rp 1.000 per kotak atau Rp 260 ribu per hari, sehingga usaha tersebut bisa lebih berkembang untuk menambah variasi kue kering yang lain.
Sedangkan lima orang karyawan yang memproduksi kue cincin yang bewarna kecoklatan tersebut, bekerja dari pukul 08.30 hingga 12.00 WIB. Dengan waktu yang singkat itu para pekerja yang dominan adalah wanita setempat bisa mendapat imbalan Rp 40.000. "Pendapatan bisa bertambah jika karyawan ikut menjual kue dengan komisi Rp 1.000 per kotak," sebut Ulfa.
Ulfa menyebutkan, tahun 2018 KUBE yang dipimpinnya mendapat pembinaan dan bantuan dari Dinas Sosial Kota Medan, sehingga usahanya kini dapat berkembang dengan omset yang lebih besar lagi dari tahun sebelumnya.