Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Samosir. Maraknya pemberitaan tentang kawasan Danau Toba tidak berbanding lurus dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, bahkan cenderung menurun. Padahal, geliat pembangunan infrastruktur telah dipacu pemerintah di seluruh kawasan Danau Toba, termasuk pengadaan kapal penyeberangan yang modern, seiring program Jokowi menjadikan wilayah Danau Toba sebagai salah satu dari 10 objek wisata menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.
Tak mau hanya berpangku tangan dan menunggu, sepinya pengunjung wisatawan menggerakan para muda-mudi yang tergabung dalam Karang Taruna Kelurahan Tuk-tuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, berinovasi dengan mengadakan even Saturday Night Culture 3 kali dalam sebulan. Kegiatan ini sekaligus upaya merawat dan melestarikan budaya Batak. Sepinya wisatawan tentu salah satunya karena sedikitnya even yang digelar kawasan Danau Toba.
Untuk menggelar Saturday Night Culture, para muda-mudi ini melakukannya dengan cara patungan dan pinjam alat-alat musik tradisional, seperti tagading, garantung, gong, kecapi, seruling bambu, gitar akustik hingga soundsystem. Sudha 2 kali mereka menggelar even tersebut di Gedung Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), dan dihadiri ratusan wisatawan lokal dan mancanegara.
Inisiator even, Halasan M Manurung kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (16/3/2019) menjelaskan, kegiatan itu akan dilaksanakan secara berkelanjutan dan berharap perhatian dari pemerintah.
"Saat ini kita masih pinjam semua peralatan dan modal patungan. Tapi ini akan berjalan terus. Timbulnya pemikiran ini, di mana mulai berkurangnya aktivitas dan hiburan di Tuk-tuk. Padahal, setiap daerah wisata di dunia harus ada night market (pasar malam) nya," kata Halasan,
Halasan sebelumnya berprofesi sebagai musisi selama 4 tahun di Bali. Setelah 1,5 tahun kembali ke Tuk-tuk dan bergabung di organisasi Karang Taruna.
Ia menambahkan, even itu mereka laksanakan juga sebagai upaya meningkatkan perekonomian warga sekitar dan sekaligus sebagai sarana bagi anak-anak muda untuk mengingat, serta mencintai adat budayanya.
"Melalui kegiatan ini, kita ajak anak-anak muda untuk merawat adat budaya Batak. Tujuan berikutnya, tentu sebagai upaya untuk meningkatkan perekonomian warga, karena ke depan, kita juga akan menyediakan food court (tempat makan yang terdiri dari gerai-gerai (counters) makanan yang menawarkan aneka menu yang variatif)," terang Halasan.
Ketua Karang Taruna Kelurahan Tuk-tuk Siadong ini menyebutkan, pihaknya berkolaborasi dengan kelompok Habonaran (belum terdeklarasi). Setiap malam Minggu akan menampilkan Batak tradisional dance, vokal grup, dan live akustik band dengan lagu-lagu standar internasional.
"Kita sudah mulai, sampai kini belum ada respon dari Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir. Untuk itu, karena kita masih modal pinjam semuanya, berharap ada perhatian dari pemerintah untuk pembiayaan para penari tor-tor dan untuk kelengkapan alat musik tradisional berikut soundsystem," ucap Halasan.
Dijelaskan lebih lanjut, kegiatan yang sudah 2 kali mereka laksanakan di Gedung Dekranasda Tuk-tuk Siadong itu, berlangsung dengan patungan uang sebesar Rp 300.000 per orang dari 10 orang personel.