Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Wacana pembelian kembali (buyback) saham PT Indosat Tbk lagi-lagi mencuat. Namun rencana itu kali ini muncul dari mulut Calon Wakil Presiden Nomor Urut 02 Sandiaga Uno.
Sandi mengaku akan merealisasikan janji yang belum ditunaikan Jokowi itu. Jika terpilih dia akan melakukan komunikasi dengan Qatar soal rencana buyback Indosat. Upaya ini juga bagian strateginya yang diberi nama Big Push.
Namun menurut Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi Ooredoo selaku penguasa saham Indosat saat ini belum tentu mau menjualnya. Sebab dari sisi fundamental keuangan dan sahamnya menurun dibandingkan dengan posisi saat membelinya dari pemerintah RI.
"Waktu Jokowi dulu mau buyback di tolak sama ISAT karena memang kinerja keuangan perusahaannya belum mencerminkan untung," ujarnya, Kamis (21/3/2019).
Lanjar menerangkan secara fundamental Indosat masih memiliki kinerja negatif. Pada 2018 emiten berkode ISAT masih menderita kerugian.
"Secara fundamental ISAT masih memiliki kinerja negatif. ISAT mengalami kerugian sekitar Rp 3,1 triliun dengan pendapatan yang turun 22.7% dari tahun 2017," ucapnya.
"Jika di valuasi nilai saham ISAT turun cukup signifikan berdasarkan fundamental sehingga Ooredoo tidak akan melepas di harga rendah," tambah Lanjar.
Seperti diketahui saham Indosat dibeli oleh Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (STT) sebanyak 41,94% pada 2002 silam. Selanjutnya pada 2008 saham Indosat secara tidak langsung diakuisisi oleh Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C. (Qtel) melalui Indonesia Communications Limited (ICLM) dan Indonesia Communication Pte. Ltd. (ICLS) sejumlah 40,81%.
Kemudian Qtel membeli saham seri B sebanyak 24,19% dari publik sehingga menjadi pemegang saham mayoritas Indosat dengan kepemilikan sebesar 65% pada 2009. Dengan demikian Qtel atas nama Ooredoo Asia Pte. Ltd. (dahulu Qtel Asia Pte. Ltd.) sampai saat ini menguasai 65% saham Indosat.
Komposisi kepemilikan saham ISAT saat ini memang didominasi oleh Ooredoo Asia Pte. Ltd yang memegang 65% atau sebanyak 3.532.056.600 lembar.
Sementara pemerintah dengan nama Negara Republik Indonesia masih memiliki 776.625.000 atau 14,29% saham ISAT. Sisanya 20,71% tersebar di pemegang saham publik.
Harga saham berkode ISAT ini pada penutupan perdagangan kemarin berada di posisi Rp 2.880. Jika mengacu pada harga itu maka dana yang dibutuhkan untuk mengambil semua kepemilikan Ooredoo Asia sebesar Rp 9,9 triliun. (dtf)