Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Garuda Indonesia terancam kehilangan US$ 26 juta alias Rp 364 miliar (pada kurs Rp 14.000). Hal tersebut dapat terjadi apabila negosiasi antara pihak Garuda dan Boeing tidak menemukan titik tengah dan berakhir buntu.
Uang miliaran rupiah tersebut digunakan Garuda untuk membayar pre down payment (PDP) alias tanda jadi untuk pemesanan 50 Boeing 737 MAX 8.
Kini, usai Garuda menyatakan untuk menghentikan pesanannya karena larangan terbang Boeing 737 MAX 8 maka pihak Boeing ingin melakukan negosiasi untuk menindaklanjuti hal tersebut. Secara kontrak bila negosiasi tersebut belum menemukan kesepakatan, bisa saja uang PDP yang dibayar Garuda hangus.
"Kalau sesuai kontrak kita nggak bisa narik, itu merupakan resiko kalo (uang) nggak balik ya," ungkap Ari saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Namun, optimisme muncul di pihak Ari. Dia yakin dengan predikat Garuda yang merupakan salah satu pemesan terbanyak Boeing, pihak Boeing akan memberikan jalan tengah yang menguntungkan.
"Nggak mungkin mereka ignore Garuda, kita kan salah satu leader of market mereka nggak mungkin mereka ignore," ungkap Ari.
Sebelumnya, pihak Garuda, menurut Ari, sudah mengeluarkan dana awalan untuk pemesanan Boeing 737 MAX 8. Dana tersebut mencakup seluruh 50 pesawat yang dipesan, termasuk di dalamnya satu pesawat yang datang 2017 di Indonesia dan kini dikandangkan.
"Kita sudah bayar ke Boeing sebesar US$26 juta untuk 50 unit yang masuk kan baru satu. Pasti Boeing juga tidak akan kembalikan begitu saja, makanya mereka akan negosiasi," ungkap Ari. (dtf)