Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Riset-riset yang dilakukan diperguruan tinggi didorong agar berorientasi industri. Sehingga hasil riset tersebut tidak terhenti dalam bentuk dilaporan riset, jurnal dan publikasi semata. Namun bisa dikomersialisasikan.
“Apapun bentuk produknya, akan bisa dikomersialisasikan apabila ditransfer teknologinya dari laboratorium ke Industri. Selama ini teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi berhenti dalam bentuk laporan riset, jurnal dan publikasi dan dalam bentuk seminar,” kata Ketua Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Bumiputera Indonesia (Asprindo), Prof Mukhlis Bahrainy, Rabu (27/3/2019).
Disebutkannya, tidak sedikit hasil dari riset yang dilakukan perguruan tinggi, meski bagus namun tidak bisa dikomersoalisaikan dalam bentuk industri maupun bagian dari industri. Hal riset yang dilakukan tersebut tidak sesuai kebutuhan pasar.
Sebelumnya saat menjadi pemateri dalam rangkaian Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Asprindo bertajuk ‘Membangun perkampungan industri agro menuju kemandirian bahan baku pangan’, Prof Mukhlis menyebutkan tidak sedikit hasil riset yang dilakukan perguruan tinggi belum bisa ditranformasikan menjadi sebuah industri. Meskipun hasil riset yang bagus-bagus.
“Memang tidak semua hasil riset bisa dikomersialisasikan, karena kerangka risetnya sejak awal tidak berorientasi industri. Agar hasil riset itu bisa diterapkan diindutsri, maka kerangka riset hendaknya berorientasi industri,” ujarnya.
Sebab sambungnya, riset yang berorientasi industri berbeda riset di perguruan tinggi. “Ini yang harus ditegaskan, semoga kedepannya satu hasil riset bisa menghasilkan satu industri, atau satu riset bisa dikomersoalisaikan dalam bentuk industri maupun bagian dari industri,” sambungnya seraya mendorong hasil riset dari perguruan tinggi agar bisa komersialisasikan.
Kebanyakan, sambungnya, kendala yang dihadapi riset perguruan tinggi tidak sesuai dan secara langsung memenuhi kebutuhan pasar. “Kemudian kadang, teknologi tidak bisa menyelesaikan masalah secara konkrit di industri, kemudian nilai keungulannya yang masih belum begitu unggul bila diluncurkan di pasar,” ujarnya.
Oleh karenanya, Mukhlis yang juga CEO Pachira Group menyebutkan, riset yang dilakukan perguruan tinggi harus benar-benar yang dibutuhkan pasar serta memiliki bahan baku melimpah. Sehingga bisa aplikasikan ke Industri atau bagian dari industri.
“Untuk bisa sinergi dengan industri, pertama dasar pertimbangan awal untuk memulai riset harus sesuai dengan kebutuhan pasar, kemudian ketersediaan bahan baku yang baik yang bisa dikelola dengan baik, kemudian menggunakan tekhologi yang unggul,” ujarnya.
Kemudian menggunakan alat riset yang refresentasi dari mesin yang ada di pabrik. Artinya kampus perlu merevitalisasi peralatan yang ada di laboratorium.