Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Samosir. Sejak dua pekan terakhir, di beberapa desa di Kabupaten Samosir sudah mulai panen padi. Dibandingkan hasil panen 2018 yang sempat terancam gagal panen akibat kemarau, produksi atau hasil panen tahun ini yang cukup akan curah hujan, justru mengalami penurunan.
"Ada penurunan hasil dibandingkan tahun 2018. Sebagian besar karena pengaruh bibit bantuan pemerintah melalui kelompok tani (Poktan) varietas IR 46 dengan masa panen 115 hari," terang salah satu petani, Hakim Sitanggang (57), warga Desa Pardugul, Kecamatan Pangururan, kepada medanbisnisdaily.com, Kamis (28/3/2019).
Ia membandingkan, menggunakan bibit varietas IR 64 tahun lalu, dari seluas 2,5 rante, produksi mencapai 18 karung, namun setelah menggunakan bibit varietas IR 46 tahun ini, produksi turun menjadi 15 karung.
"Yang pasti, hasil panen tahun lalu lebih baik dari tahun ini. Karena saya lihat, khusus pengguna bibit varietas IR 46, hasil panennya berkurang. Sepertinya jenis bibit itu tidak cocok disini," tutur Hakim Sitanggang.
Dijelaskan, biaya pengolahan tahun 2018 hingga masa penen, untuk pengolahan pertama, biaya buka Rp 50.000 per rante, buka kedua sekaligus penanaman Rp 80.000 per rante. Biaya untuk 2 kali pemupukan, 1 rante butuh 6 kg pupuk urea, npk, obat rumput, dan semprot hama, berbiaya sekitar Rp 60.000.
"Kalau biaya jaring mencegah serangan burung, untuk 2 rante harus ada 4 lembar jaring. 1 lembar jaring, biayanya Rp 90.000," jelasnya.
Adanya penurunan hasil produksi tahun ini, juga dibenarkan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan, Timbul Malau yang membawahi 3 desa, yakni Desa Pardugul, Desa Panampangan dan Desa Sitoluhuta, Kecamatan Pangururan. "Memang ada penurunan hasil, namun tidak signifikan," kata Timbul Malau, ketika dikonfirmasi medanbisnisdaily.com, Kamis (28/3/2019).
Ia menjelaskan, penurunan hasil terjadi akibat jamur yang menyerang padi, dan varietas IR 46 merupakan bibit jenis amfibi yang tidak membutuhkan terlalu banyak air. "Memang jenis itu tidak membutuhkan banyak air, padahal tahun ini curah hujan cukup. Kemudian, ada serangan jamur dari bawah tanah," ujarnya.
Untuk itu, lanjut Timbul, disarankan kepada masyarakat petani kedepan, bila melihat ada gangguan hama agar langsung memberitahukan untuk dilakukan penanganan.
"Memang kita sarankan kepada masyarakat petani, sebelum melakukan penanaman agar lebih dulu melakukan pemupukan dengan mencampur kalsium, sebab tanah kita merupakan tanah asam," tutupnya.