Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Lidi atau urat daun pelepah pohon kelapa sawit meskipun murah harganya, tetapi menjadi nilai ekonomi bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Dari lidi sawit inilah mereka mencari tambahan untuk menopang ekonomi keluarnya.
Tak heran, sejak 16 tahun silam hingga saat ini, lidi daun sawit masih diminati, dan menjadi rezeki tambahan bagi sejumlah kaum perempuan yang bermukim di seputaran perkebunan kelapa sawit di Sumatra Utara (Sumut).
Di Kabupaten Langkat misalnya, daun kelapa sawit setelah diruntuh dari pohonnya tat kala pekerja perkebunan sawit memanen dan menunas pelepah pohon sawi, daun sawit ini dipungut pencari lidi sawit.
Satu demi satu urat daun diraut untuk mendapatkan lidi, hasil kerja mengais rezeki dari limbah pohon sawit, bisa dijual kepedagang penampung, dan menjadi tambahan penghasilan.
"Memang perlu ketekunan dan kesabaran, sambil duduk dibawah pohon sawit, kami meraut urat daun untuk mendapatkan lidi sawit, setelah kami pisahkan dari pelepahnya, lumayan bisa dijual Rp 2.000/kg lidi sawit kering, dan Rp 1.400/kg untuk lidi siap raut," kata Semarni dan Mardiah, peraut lidi sawit di pinggiran kebun sawit PT Sawangi Desa Paluh Manis Kecamatan Gebang, Langkat, Sabtu (6/4/2019).
Lidi sawit tidak saja mengisi pasar lokal untuk sapu, tetapi juga masih menempati pasar ekspor dibeberapa belahan dunia, seperti India.
"Kalau lidi kering yang bersih, kita beli dari pedagang pengumpul Rp 2.600 - Rp 2.800/kg, sebahagian lidi yang sudah dikemas rapi dalam karung dengan berat 25 kg/kemasan, ini kita kirim sesuai order pesanan yang dilakukan pedagang pengekspor. Masalah harga ini ketentuan dari pasar ekspor, kadang mahal terkadang murah," sebut Edy, salah satu pemilik usaha pengiriman lidi sawit untuk ekspor di Desa Suka Jadi Kecamatan Hinai, Langkat.