Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Pemerintah mengaku bahwa pasokan bawang putih yang semakin menipis menjadi penyebab utama komoditas ini melambung tinggi harganya.
Direkrorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti menjelaskan bahwa penyediaan bawang putih di Indonesia 95%-nya merupakan hasil impor, dan hanya 5% saja yang merupakan stok dalam negeri.
"Ini kan kita tergantung impor kan, bawang putih itu masih 95% tergantung impor. Ini memang, apa ya pasokannya berkurang, karena semakin ke sini semakin berkurang," kata Tjahya di Pasar Kramat Jati, Kamis (18/4/2019).
Tjahya sendiri mengatakan bahwa pemerintah tahun lalu sudah mengimpor bawang putih. Lalu menurutnya, jumlah bawang waktu diimpor di 2018 masih berlebih bahkan hingga 100 ribuan ton.
"Tahun 2018 sudah dikeluarkan RIPH (Rekomendasi Impor Produk Holtikultura) persetujuan impornya, yang sekarang kan kita tunggu habis dulu, sisa tahun lalu masih ada 100 ribuan ton," kata Tjahya.
Namun kini menurutnya, jumlah bawang tersebut makin menipis sehingga harga bawang pun menjadi mahal.
"Kalau dihitung-hitung itu sebulannya 30 ribu ton per bulan (konsumsi sebulan) jadi sekarang sudah agak menipis," kata Tjahya.
Dalam operasi pasar yang pihaknya lakukan hari ini di Pasar Kramat Jati pun Tjahya menyebutkan bahwa pihaknya sudah meminta importir untuk tidak menahan stok bawangnya. Alhasil, hari ini saja 8 ton bawang putih digelontorkan oleh salah satu importir.
"Hari ini mulai operasi pertama atas bantuan importir akan mengeluarkan stok yang ada untuk bantu masyarakat agar mendapatkan bawang putih dengan harga sesuai," kata Tjahya.dtc