Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pengamat komunikasi politik Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Dr Anang Anas Azhar MA menilai sejumlah elit politik di Indonesia ikut berkontribusi sebagai pemicu utama tegangnya suasana Pemilu Serentak 2019.
"Salah satu elemen yang turut memanasi pemilu sebagian elit politik. Terutama elit politik yang terlibat langsung pada tim pemenangan pasangan calon," kata Anang Anas Azhar dalam keterangan tertulisnya kepada medanbisnisdaily, Jumat (26/04/2019).
Suasana ketegangan politik itu, kata Anang, terlihat dari tensi psikologi politik para elit yang saling ego dalam memberikan penyataan atas kemenangan kubunya. Ini dipicu sederetan temuan dan fakta atas karut marutnya proses pemungutan suara yang dianggap curang antara kubu pasangan 01 atau 02.
Anang berpendapat, penyebab tingginya tensi psikologi politik elit politik berdampak kepada pemilih. Rakyat sebagai pemilih berdaulat pada Pemilu 2019, kata dia, secara tidak langsung ikut terprovokasi atas ajakan elit politik.
"Sedikitnya 85% pemilih sudah menentukan sikapnya atas pilihan capresnya. Nah, ini berpengaruh besar atas ajakan elit politik. Pesan-pesan politik yang disampaikan kepada pendukung justru berkontribusi untuk memicu ketegangan politik," kata Anang.
Setidaknya menurut Anang, ada dua penyebab mengapa rakyat tetap "dihantui" suasana ketegangan politik meski pemilu 2019 sudah usai. Pertama, ketegangan politik dipicu elit politik yang tidak mau menerima kekalahan dari masing-masing kubu yang berkompetisi pada pilpres 2019. Kedua, sebagian media juga ikut berkontribusi sebagai pemicu ketegangan politik, terutama media sosial yang tidak dapat terkontrol oleh lembaga resmi. Rakyat sebagai pembaca media sosial seakan dipaksa percaya atas isi media sosial yang belum pasti kebenatannya.
Anang menyampaikan, seharusnya elit politik ikut menenangkan suasana politik pasca pemilu 2019 ini, bukan justru sebaliknya ikut menegangkan suasana semakin tegang. Kepada pemerintah, penyelenggara pemilu juga setidaknya berlaku adil dalam menjalankan proses penghitungan suara yang saat ini sedang berlangsung.
"Rakyat kita sedang dipertontonkan adanya kecurangan tanpa respons positif, baik dari pemerintah, KPU, maupun aparat. Karena frustasi politik inilah, elit politik kita terbawa suasana egonya masing-masing, hingga akhirnya membangkitkan ketegangan politik pasca pilpres," katanya.