Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ketergantungan Sumatra Utara (Sumut) terhadap produk impor bukan hanya membuat daerah ini tekor berdagang dengan Cina, tapi juga dengan Malaysia. Pada triwulan I-2019, Sumut tekor berdagang dengan Malaysia senilai US$ 58,888 juta. Karena di periode tersebut, impor Sumut dari Malaysia mencapai US$ 103,349 juta sedangkan ekspornya hanya US$ 44,851 juta.
Defisit perdagangan Sumut dengan Malaysia berada diurutan kelima terbesar setelah Cina senilai US$ 118,289 juta, Singapura senilai US$ 81,179 juta, Argentina senilai US$ 66,600 juta dan Australia senilai US$ 63,585 juta.
Menurut pengamat ekonomi Vincent Wijaya, secara umum defisit perdagangan Sumut dengan Malaysia karena harga dan kualitas barang, subsidi pemerintah, hingga mata uang rupiah yang jauh lebih murah. "Selain kualitas dan harga, bisa juga impor barang dari Malaysia merupakan barang yang tidak dapat di Sumut atau pun daerah lain di Indonesia," katanya, Sabtu (11/5/2019).
Tapi, kata Vincent, Sumut sudah harus menekan angka impor ini di periode-periode mendai. Apalagi jika ada diantara barang tersebut merupakan barang komsumsi yang pastinya langsung menyentuh end user. Tapi kalaupun impor didominasi barang modal, Sumut tetap tidak boleh mengandalkan produk-produk dari Malaysia.
Memang jika menyoal harga dan kualitas, tentu wajar jika pengusaha-nya memilih impor. Tapi melihat defisit yang cukup besar, Pemprovsu harus mencari solusi agar nilainya tidak terus naik dan semakin memperlebar defisit neraca perdagangan Sumut dengan Malaysia.