Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Kuala Lumpur - Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad menyampaikan ketidaksenangannya atas penetapan tiga warga Rusia dan seorang warga Ukraina sebagai tersangka penembakan yang menyebabkan jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17. Mahathir menyebut penetapan itu sebagai plot politik terhadap Rusia.
"Kami sangat tidak senang. Sejak dari awal, ini telah menjadi isu politik tentang bagaimana menuduh Rusia melakukan kesalahan," cetus Mahathir seperti dilansir dari media The Star, Kamis (20/6/2019).
"Bahkan sebelum mereka memeriksa kasus ini, mereka telah mengklaim itu (penembakan jatuh MH17) dilakukan oleh Rusia," kata Mahathir kepada para wartawan.
Mahathir menegaskan, Malaysia tidak yakin dengan temuan-temuan tim penyelidik internasional yang dipimpin Belanda. Pemimpin negeri Jiran itu menuntut para penyelidik untuk memberikan bukti bahwa orang-orang Rusia berada di balik penembakan jatuh MH17.
"Sejauh yang kami ketahui, kami ingin bukti kesalahan (bahwa Rusia melakukannya). Namun sejauh ini, tidak ada bukti, hanya desas-desus," tutur Mahathir. "Ini hal yang konyol. Seseorang menembakkan senjata dan Anda tidak bisa melihat itu siapa, tapi Anda tahu siapa yang menembak," cetusnya.
Tim penyelidik internasional yang dipimpin Belanda menyatakan, surat perintah penangkapan internasional telah dikeluarkan untuk tiga warga Rusia, yakni Igor Girkin, Sergei Dubinsky dan Oleg Pulatov, serta seorang warga Ukraina, Leonid Kharchenko yang telah ditetapkan sebagai tersangka penembakan yang menyebabkan jatuhnya pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17. Pengadilan kasus ini dijadwalkan dimulai di Belanda pada 9 Maret 2020 mendatang.
Pesawat MH17 sedang dalam perjalanan dari Amsterdam, Belanda menuju Kuala Lumpur, Malaysia ketika ditembak jatuh di kawasan Ukraina yang sedang dilanda konflik. Pihak penyelidik menyalahkan kelompok separatis yang didukung Rusia dengan tuduhan menembak jatuh pesawat itu dengan rudal buatan Rusia. Pesawat itu jatuh di Ukraina pada 17 Juli 2014, di tengah memuncaknya konflik antara kelompok separatis dan tentara pemerintah Ukraina.
Pemerintah Rusia telah membantah keras tuduhan keterlibatan dalam peristiwa yang menewaskan 298 orang itu. Rusia pun mengeluhkan karena pihaknya tidak diikutsertakan dalam penyelidikan.dtc