Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sikap pengusaha yang umumnya masih memilih wait and see setelah gelaran Pemilihan Umum (Pemilu) serentak berdampak terhadap serapan kredit di perbankan Sumatra Utara (Sumut). Data Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumut, penyaluran kredit perbankan Sumut per Mei 2019 tercatat senilai Rp 217,3 triliun atau hanya tumbuh 2,5% dibandingkan periode sama tahun 2018 senilai Rp 211,8 triliun.
Kepala BI Perwakilan Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, mengatakan, perlambatan kredit perbankan Sumut ditengarai akibat melambatnya kredit modal kerja.
"Jadi memang karena sikap pengusaha yang masih wait and see. Tentu diharapkan pada semester II tahun ini bisa tumbuh lebih tinggi dan pengusaha mengajukan kredit modal kerja. Apalagi hasil Pemilu sudah selesai," katanya, Selasa (9/7/2019).
Wiwiek mengatakan, sikap wait and see pengusaha paling terlihat pada kinerja industri pengolahan Sumut yang juga melambat. Padahal, sektor ini menjadi andalan Sumut dalam menyokong perekonomian disamping pertanian dan sektor perdagangan. Karena itu, sektor industri pengolahan diharapkan bisa kembali menggeliat yang otomatis akan membutuhkan modal kerja dari perbankan.
Jika melihat bebagai faktor eksternal yang juga berkontribusi terhadap keputusan pengusaha dalam berinvestasi, BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang memetakan beberapa sektor yang bisa digaet perbankan untuk menyalurkan kreditnya. Jadi saat pengusaha memilih wait and see karena faktor internal maupun eksternal, dana yang dihimpun bank tetap bisa disalurkan.
"Kita tidak boleh bertumpu pada sektor industri pengolahan, pertanian dan perdagangan saja. Karena jika kredit yang disalurkan perbankan melambat, itu juga mwngindikasikan perekonomian Sumut melambat. Jadi harus ada sektor yang bisa digaet misalnya usaha mikro karena disitulah ada potensi-potensi ekonomi," kata Wiwiek.