Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taiwan. Selama ini wisatawan Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya, tidak menjadikan Taiwan sebagai pilihan wisata. Hal itu cukup berasalan, terutama karena sulitnya menemukan makanan halal.
Namun saat ini tidak melulu demikian. Taiwan sudah mulai membuka diri bagi wisatawan Muslim. Taiwan mulai serius mengembangkan makanan halal. Keseriusan itu tak terlepas dari upaya Taiwan mengembangkan wisata halal.
Medanbisnisdaily.com bersama sejumlah media lainnya dan selegram/youtuber dari Indonesia, 2-8 Juli 2019, berkesempatan mengunjungi dan merasakan masakan halal di sejumlah restoran di Taiwan.
Di Kota Taipei, misalnya, ibukota Taiwan, sudah bermunculan sejumlah restoran yang khusus menyediakan menu makanan halal. Ada yang sudah lama menggeluti makanan halal, dan mulai semakin banyak pula restoran halal baru bermunculan.
Menariknya, restoran yang menyediakan makanan halal itu, tidak saja hadir di Kota Taiwan, tetapi juga sudah diikuti kota-kota lainnya, seperti Taitung, Hualien, Yilan, Kaohsiung, Tainan, Taichung, Taoyuan, Hsinchu, Miaoli, Keelung dan lainnya.
Yunus, salah satu pemilik restoran halal bernama Yunus Halal Restaurant di pusat Kota Taipei, menyebutkan jika restoran-restoran halal semakin banyak bermunculan di Taiwan. Menurutnya, hal itu fenomena baru dalam sejarah Taiwan.
Diakuinya cukup sulit dan banyak tantangan mendirikan restoran halal. Hal itu tidak terlepas dari sangat minimnya pasar makanan halal. Pasalnya, Taiwan dikenal negara yang warganya dominan menggemari makanan nonhalal bagi Muslim.
Hanya sedikit saja pasar makanan nonhalal selama ini. Umumnya mereka adalah wisatawan dan para pekerja asal Indonesia, khususnya dan wisatawan Asia Tenggara serta Timur Tengah pada umumnya.
Namun seiring tuntutan perkembangan wisata, Taiwan menyadari wisata halal sangat berperan dan menentukan untuk menarik datangnya wisatawan berlatarbelakang agama Muslim. "
Taiwan menyadari itu dan membuka diri untuk itu. Restoran halal muncul dan juga pelan-pelan hotel mengikutinya," sebut Yunus.
Menu makanan halal yang tersedia, mulai dari seafod seperti ikan dan udang dan cumi, ayam goreng dan sayuran, yang hampir menyerupai citarasa masakan di Indonesia.
Bedanya hanya di sisi bumbu. Misalnya Taiwan tidak akrab dengan manisan dan pedas, berbeda dengan Indonesia tentunya. Namun nasi putih yang sebelumnya sulit ditemukan di Taiwan, kini tersedia di restoran halal.
Di Restoran Yunus tersebut, pengunjung tidak saja wisatawan muslim Indonesia dan Malaysia, tetapi juga dari warga lokal. Yunus mengatakan perlahan warga Taiwan pun menggemari masakan halal.
Kemudian di Lumimous Hot Spring & Spa dan Promiseland Resort Taitung dan Shangrila Leisure Farm Yilan misalnya, sudah menyediakan menu makanan halal. Dapur untuk meramu masakan halal terpisah dengan makanan nonhalal.
Lisensi restoran halal di Taiwan berada di bawah naungan Islamic Association of Taiwan dan The Chinese Muslim Association. Artinya restoran yang memiliki lisensi halal (Muslim Friendly Tourism) itu sudah pasti halal. Lisensi itu berlaku secara periodik, karena selalu di bawah pengawasan.
Adi, dari Biro Wisata Taiwan menyebutkan jumlah kunjungan wisatawan dari Indonesia dan umumnya wisatawan Muslim ke Taiwan menunjukkan peningkatan. Meski belum tertabulasi secara data, namun peningkatan itu didorong oleh pengembangan wisata halal Taiwan.
Pengunjung di restoran halal, lanjut Adi, memang tidak seluruhnya dari wisatawan Muslim. Namun orang Indonesia umumnya yang masih merasa asing dengan masakan Taiwan, sudah pasti mencari restoran halal. "Ya karena rasanya hampir-hampir sama dengan masakan Indonesia, tak kalah lezatnya jugalah," ujar Adi.