Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kehadiran Lembaga Keuangan Digital (LKD) atau lebih familiar dengan sebutan financial technology (fintech), menjadi ancaman serius bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Apalagi di tengah kondisi perekonomian yang masih seret, bank termasuk BPR merasa kesulitan untuk mendapatkan calon debitur yang prospektif. Tapi begitupun, bank umum dinilai lebih tahan terhadao gempuran fintech dan ikut bermain di sektor digital tersebut.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumatra Utara (Sumut), Wiwiek Sisto Widayat, mengatakan, saat ini sudah banyak deposan BPR keluar dan kemudian masuk ke fintech.
"Karena mereka hanya perlu Rp 100.000 dan Rp 1 juta. Kalau ke BPR, prosesnya 3-5 hari. Makanya mereka ke fintech karena 5 menit proses pinjamannya selesai. Ini yang menjadi ancaman serius bagi BPR," katanya, Senin (22/7/2019).
Wiwiek mengatakan, proses yang lebih cepat menjadi daya tarik fintech meski bunganya lebih tinggi. Karenanya, kondisi ini cukup berbahaya bagi BPR.
Berbeda dengan BPR, kalau bank umum jelas memiliki cara bagaimana mereka menghadapi dan ada yang dialihkan dan bekerjasama (menjadi mitra) dengan fintech. Sama-sama mencari cara bagaimana mengucurkan kreditnya kepada masyarakat. Tapi hal ini membutuhkan dana dan keuntungan yang harus berkurang karena berbagi dengan fintech.
Tapi BPR tidak mau melakukan hal itu. Mereka (BPR) juga tidak punya kecukupan dana yang seperti itu. Karena itulah, kata Wiwiek, BPR harus bergerak jika tidak mau terlibas fintech. "Memang saat ini, BPR juga sedang menghadapi keharusan untuk memenuhi modal inti. Ekspansi BPR juga susah. Tapi Tetap harus ada action jika tidak ingin kalah dari fintech," katanya.
Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Sumut, Syafruddin Siregar, mengatakan, BPR terus meningkatkan daya saing dengan memperkuat SDM yang dinilai kemampuannya masih terbatas. "SDM memang salah satu poin penting dalam menggenjot daya saing BPR. Meski tidak bisa juga dikatakan kalah atau tertinggal dari bank umum, tapi kemampuan SDM harus di update terus agar bisa menyesuaikan dengan kebutuhan serta perkembangan teknologi," katanya.
Untuk memperkuat SDM di Sumut, kata Syafruddin, pihaknya sudah rutin melakukan pelatihan dengan berbagai materi.
Memperkuat SDM juga menjadi strategi BPR dalam menghadapi persaingan, bukan hanya dengan bank umum tapi juga fintech. Dengan begitu, target aset di atas Rp 1,5 triliun di tahun 2019 ini bisa tercapai dan bisa lebih memperluas pasar termasuk menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah (pemda) di Sumut.