Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami rebound dengan kenaikan 77 poin atau 1,23% di level 6.376. IHSG tertinggi berada di level 6.376 dan terendah berada di level 6.317. Penguatan IHSG hari ini terdongkrak karena rilis data laporan keuangan emiten yang cukup baik.
"Meski penguatan ini memang direspon lambat oleh pelaku saham karena pelaku saham masih mengkhawatirkan kondisi ekonomi global saat ini," kata analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, Selasa (30/7/2019).
Seluruh sektor saham mengalami penguatan dimana saham infrastruktur mengalami penguatan tertinggi sebesar 1,9%. Penguatan ini ditopang oleh penguatan saham JSMR yang naik 4,4%, saham AKSI naik 25%, FREN naik 10%. Ke depannya saham sektor ini masih mempunyai prospek yang cukup bagus terlebih dengan adanya keputusan pemindaham ibu kota di Kalimantan dapat mendorong pembangunan nasional di tanah air.
Selanjutnya penguatan IHSG juga ditopang oleh penguatan saham sektor pertambangan yang menguat 1,7%. Penguatan ini ditopang oleh penguatan ANTM yang naik 4,4%, DSSA naik 19%, ELSA naik 5% dan MEDC naik 3,5%. Dan saham sektor properti menguat 1,2%. Penguatan ini ditopang oleh penguatan saham ADHI yang naik 4,1%, BKSL naik 7%, PAMG naik 24%, LPKSR naik 2,1% dan PWON naik 3,5%.
Sejauh ini, kata Gunawan, belum semua emiten saham melaporkan laba/rugi kuengan perusahaannya. "Saya kira sentimen ini akan menjadi penopang IHSG pekan ini sambil menunggu hasil keputusan suku bunga The Fed," katanya.
Di Asia, indeks Hangseng naik 0,143%, Korea composite naik 0,455%, KOSPI naik 0,4%, STI turun 0,073%, Philipine Stock Exchange turun 0,465%, Sementara itu bursa Wallstreet juga ditutup bervariasi. Indeks Dow Jones naik 0,106%, Nasdaq turun 0,44%, NYSE turun 0,09% dan S&P 500 turun 0,04%.
Sementara itu, nilai tukar rupiah melemah 0,243% di level 14.050/dolar AS. Hanya mata uang rupiah dan dolar Kanada yang hari ini melemah terhadap dolar AS. Gunawan mengatakan, dolar AS saat ini cukup rentan terkoreksi namun demikian belum ada sentimen dalam negeri yang mempu mendongkrak penguatan rupiah terhadap dolar AS.