Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Solo. KH Abdul Karim Ahmad, guru ngaji Jokowi di Solo, mengenang KH Maimun Zubair Mbah Moen sebagai sosok ulama yang lengkap. Gus Karim menyebut, umur panjang Maimun Zubair merupakan anugerah Tuhan untuk menjaga keberagaman di Indonesia.
"Mbah Moen ulama besar yang lengkap. Beliau ahli hikmah, ahli fikih, ahli pidato, dan sosok agung di mata Allah. Semua itu menyatu dalam pribadi beliau. Tidak semua ahli fikih jago pidato, tidak semua ahli hikmah mendalami fikih. Beliau (Mbah Moen) ini lengkap," ujar Gus Karim, Selasa (6/8/2019).
"Jarang orang dikaruniai usia sepanjang beliau dan masih tetap jernih pemikirannya. Dari usianya yang panjang itu justru keulamaannya semakin kelihatan, demikian juga keahliannya di bidang fikih, kemahirannya berpidato, serta pangkat dan derajat di mata Allah makin kelihatan, terlihat dari semakin tebal kewibawaan dan pengaruhnya," lanjutnya.
Kelebihan Mbah Moen berikutnya, menurut Gus Karim, adalah pemahamannya yang mendalam dalam hal sejarah, silsilah para tokoh dan ulama, serta kebudayaan. Karena kemampuannya itu, pemikiran-pemikiran Mbah Moen sangat dibutuhkan saat timbul ketegangan-ketegangan di berbagai peristiwa politik maupun budaya.
"Beliau senantiasa momong umat, lembut menyapa dan merengkuh, ahli silaturahmi bahkan juga kepada yang berseberangan dengan beliau, selalu menyejukkan suasana, tidak pernah memperuncing kondisi namun punya ketegasan dalam bersikap. Usia panjang Mbah Moen merupakan anugerah Tuhan untuk menjaga keberagaman di Indonesia," paparnya.
Soal ketegasan, lanjut Gus Karim, Mbah Moen adalah salah satu yang selalu berdiri sebagai penjamin terdepan utuhnya NKRI. Bahkan Mbah Moen adalah pencetus 'Benteng Indonesia adalah PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945)'.
"Kalau tidak salah, beliau pula yang kembali mempopulerkan lagu 'Ya Ahlal Wathon' (Hubbul Wathon Minal Iman) ciptaan KH Abdul Wahab Chasbullah. Lagu itu sangat heroik dan bernuansa perjuangan bangsa. Sempat dilupakan, oleh Mbah Moen kembali dipopulerkan ketika ada semangat kebangsaan kita sedang diuji keadaan akhir-akhir ini," lanjut Gus Karim.
Kesan pribadi Gus Karim yang tak terlupakan adalah ketika awal tahun lalu Mbah Moen bersedia berkunjung ke pesantrennya, Ponpes Azzayadiy di Solo. Kiai sepuh tersebut bersedia mampir ke pesantren yang diasuh kiai lebih muda, senyampang jalan ketika Mbah Moen mengisi acara di Klaten. Hal itu menunjukkan bahwa Mbah Moen memang ulama rendah hati yang suka bersilaturahmi.
"Saat itu beliau menceritakan tentang pribadi almarhum bapak saya, KH Daris. Hapal sekali beliau menceritakan kelebihan-kelebihan bapak saya dan juga kiai-kiai sepuh berpengaruh di Solo dan sekitarnya. Beliau memang punya pengetahuan mendalam tentang sejarah tokoh dan ulama," kata Gus Karim.(dtc)