Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup negatif dengan melemah sebesar 37 poin atau turun 0,599% di level 6.290. Perdagangan saham berada di rentang level 6.338-6.281.
Pelemahan IHSG dipicu tertekannya 7 sektor saham yakni sektor konsumer yang melemah 1,77%, diikuti saham properti yang turun 1,29%, sektor manufaktur turun 1,13% dan keuangan minus 0,57%. Sementara itu saham sektor agri dan pertambangan berhasil menguat dimana agri naik 0,424% dan pertambangan naik 1,91%.
Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi belum memberikan respon yang positif. Beberapa upaya pemerintah telah dilakukan guna mempercepat respon pertumbuhan ekonomi dalam negeri namun tekanan eksternal yakni perlambatan ekonomi bahkan mengarah pada resesi membuat ekonomi negara berkembang termasuk Indonesia juga terancam.
"Ditambah lagi perang dagang AS dengan Cina yang diharapkan berakhir dengan kesepakatan dagang yang menguntungkan justru berbalik arah dan menjadi mata pisau yang dapat merusak dimensi perdagangan dunia. Aksi balas-balasan terkait tarif impor membuat sejumlah pelaku pasar uang dan pasar modal harus berhati-hati," kata analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, Senin (2/9/2019).
Diawal September 2019 ini, AS menaikkan tarif sebesar 15% terhadap barang impor asal China senilai US$ 110 mililar baik barang elektronik maupun tekstil. Selanjutnya kebijakan ini juga direspon negatif oleh Cina dengan menaikkan tarif sebesar 5%-10% terhadap produk asal AS.
Adanya serangan balas-balasan tarif impor ini direspon bervariasi oleh pelaku saham di berbagai bursa. Dimana indeks Hangseng turun 0,382%, Indeks Shanghai 1,31%, indeks Dow Jones naik 0,155%, Nasdaq turun 0,132%, indeks Nikkei naik 0,407% dan indeks Philiphina turun 0,766%.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah masih bergerak stabil di level 14.155/dolar AS. Banyaknya arus modal yang masuk ke dalam negeri diharapkan dapat mempertahankan mata uang rupiah.
Sejauh ini, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), belum ada investor yang tertarik untuk berinvestasi di lokasi ibu kota baru.
"Saya kira minimnya respon permodalan investasi masuk ke dalam negeri dipengaruhi oleh ketidakstabilan ekonomi global sehingga investor perlu mempertimbangkan arah kebijakan investasinya. Ditambah investasi dalam sektor properti maupun infrastruktur saat ini termasuk investasi jangka panjang. Investasi emas sejauh ini lebih menguntungkan dan aman dibandingkan investasi lainnya," kata Gunawan.