Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta.Ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina masih terus terjadi. Kedua negara bahkan makin gencar melakukan serangan balasan dengan tarif bea masuk ke masing-masing negara.
Mengutip CNN Business, kedua negara ini disebut akan kembali ke meja perundingan. Hal ini membuat pasar saham global mengantisipasi 'serangan' kedua negara akan terjadi kembali.
Pejabat negara di Beijing memproyeksi bisa berkunjung ke Washington pada awal Oktober dan menggelar pertemuan.
Konsultan senior Asia Pasifik Chatham House, Tim Summers mengungkapkan penerapan tarif dari kedua negara akan membuat negosiasi akan menjadi sulit. Dia menyebut pertemuan tersebut tak akan mencapai titik temu.
Dia menjelaskan, AS menginginkan Cina melakukan perubahan struktural misalnya menciptakan iklim yang baik untuk perusahaan AS di Cina. Namun Cina sendiri enggan melakukan hal tersebut karena tak sesuai dengan fundamental ekonomi negara mereka.
"Saya kira Beijing tak memiliki keinginan untuk melakukan reformasi struktural," kata Summers dikutip dari CNN Business, Senin (9/9/2019).
Summer memprediksi kemungkinan besar Cina hanya akan memberikan penawaran untuk kembali membeli produk pertanian AS. Kemudian AS juga bisa menawarkan pembatasan Huawei dan perusahaan Cina lain.
Tapi, tak menutup kemungkinan jika kedua belah pihak bisa bersepakat untuk menunda penerapan tarif. Karena kedua negara sedang mengalami tekanan yang tinggi di sektor perdagangan.
Profesor Pusat Studi Cina di Universitas Cina, Hong Kong Willy Lam mengungkapkan, Beijing memang sedang berada di bawah tekanan yang besar karena lambatnya perekonomian. Hal ini menyebabkan tidak stabilnya sistem sosial.
Dosen di Universitas Negeri Singapura, Alex Capri mengungkapkan Presiden Donald Trump sangat berambisi untuk memenangkan AS dari perang dagang, hal ini karena ia juga sedang mengincar kursi Presiden pada pemilihan 2020 mendatang.
"Trump ingin menunjukkan jika ia lebih kuat dari Cina, tapi dia juga berhati-hati untuk melakukan serangan. Jika Trump melangkah terlalu jauh, maka hal tersebut bisa merusakcitranya nanti di saat pemilihan," imbuh dia.(dtf)