Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Mantan anggota DPRD Sumatera Utara, Sutrisno Pangaribuan, mengkritik Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) yang berpenampilan eksklusif. Menjauhkan diri dari persoalan-persoalan kerakyatan. Nyaris tidak pernah membuat rumusan penanggulangan masalah-masalah krusial yang diderita rakyat.
Seperti masalah kemiskinan, lingkungan hidup, kebakaran hutan akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit, pemulung yang tidak bisa menikmati keadilan sosial dan sebagainya, GMKI tidak pernah menawarkan jalan keluar. Tidak pernah ditemukan sikap tegas GMKI terkait hal-hal tersebut. Begitu bentuk eksklusivitas yang melekat pada salah satu organisasi Cipayung itu.
Sutrisno menyampaikan pemikiran tersebut saat berbicara di Konferensi Studi Lokal GMKI Cabang Medan, Selasa (17/9/2019). Konferensi mengangkat tema; "Pemuda Dalam Konteks Bernegara dan Transformasi Nilai Pancasila sebagai Penggerak Ideologi Bangsa". Juga tampil berbicara di forum serupa, perwakilan Nahdlatul Ulama, Abrar Dawud Faza, dan Pdt. Saut Sirait.
"Konferensi GMKI seyogianya merumuskan sesuatu yang sifatnya bukan diawang-awang, tetapi konkrit. Kesana tahapannya, bukan lagi cuma bicara Pancasila," tegas Sutrisno yang berniat mencalonkan diri menjadi Wali Kota Medan.
Jika tidak berubah dari ciri eksklusifnya, ungkapnya, GMKI tidak akan kemana-mana dan juga tidak dimana-mana.
Abrar Dawud menyebutkan karena beragamnya pemikiran kalangan Islam, ada kelompok yang menilai Pancasila sebagai kontroversi. Diada-adakan dan menyimpang dari agama. Misalnya, oleh kelompok yang memeluk Islam berdasarkan Quran dan Hadits.
Tuturnya, Pancasila memang tidak ada disebutkan di dalam Quran. Kata umat Islam juga tidak ada. Yang ada adalah umat yang moderat, artinya berada di tengah. Umat yang menonjolkan kwalitas.
"Kelompok Islam yang mengatakan Pancasila bertentangan dengan agama sama artinya tidak paham," ujar Abrar.
Dia juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah mendirikan negara Islam. Yang didirikannya adakah Negara Madinah. UUD-nya dikenal sebagai Piagam Madinah. Saat itu disana semua agama diperbolehkan hidup, bahkan kelompok yang menyembah matahari. Tidak ada negara Islam.
"Bagi NU hubungan antara negara dengan Pancasila sudah final, sesuai dengan keputusan Muktamar tahun 1930. Kemudian pada Muktamar tahun 1948 Pancasila final sebagai ideologi," terangnya.