Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tanah Karo. Dua bulan terus-menerus mengalami penurunan harga, saat ini harga tomat atau buah berwana merah dengan nama ilmiah Solanum Lycopersicum itu, jatuh ke level bawah. Info yang beredar dikalangan pedagang dan petani, anjloknya harga tomat ditingkat pasar tradisional, dikarenakan musim panen di sejumlah daerah di Sumatra Utara.
“Infonya di daerah lain juga panen tomat sekarang ini. Jadi kebutuhan pasar dan hasil panen menjadi tidak seimbang kalau mayoritas hanya untuk konsumsi rumah tangga,” ujar pedagang tomat, Atus Karo-Karo, ketika ditemui medanbisnisdaily.com di kawasan pusat transaksi terbesar hortikultura Kabupaten Karo, Pajak Roga Berastagi, Selasa (17/9/2019) petang.
Pelaku pasar lainnya, Jhon Veter, juga mengatakaan hal tidak jauh berbeda. Sesuai keterangan bapak dua anak ini, sejak dua bulan lalu tomat yang masih bertahan di level Rp 5.000/Kg terus mengalami penurunan harga secara marathon sampai di bawah harga Rp 2.000/kgnya. Menurutnya, belum ada tanda-tanda kenaikan harga dalam beberapa hari ke depan.
“Dua bulan lalu tomat Rp 5.000/kg, berselang 3 hari jatuh ke Rp 4.000/kg. Tiga hari berikutnya turun lagi Rp 1.000, menjadi Rp 3.000/kg. Sepekan berikutnya pasaran tomat perkilogramnya hanya Rp 2.000. Harga itu bertahan sampai hari ini, dan itupun hanya berlaku bagi tomat yang berkwalitas super. Rata-rata pembelian hanya pada level Rp 1.500-Rp 1.800,” papar Jhon.
Sejumlah petani Solanum Lycopersicum yang ditemui medanbisnisdaily.com di Pajak Roga Berastagi, mengaku sangat sedih dengan kondisi yang terjadi dan berlarut-larut tanpa solusi. Para petani berharap adanya perhatian dari pemerintah, khususnya Pemda Karo. Hal ini sehubungan modal bercocok tanam tomat yang cukup tinggi dibandingkan dengan budidaya tanaman hortikultura lainnya.
“Masalah ini terus berulang setiap tahunnya. Aneh juga Pemerintah Kabupaten Karo ini, tidak pernah memikirkan solusi hasil tani masyarakatnya. Nanti kalau kami berbicara keras disalah artikan pula. Seolah berbau politik jelang Pemilu Kada 2020. Tapi nyatanya memang minim perhatian terhadap pemasaran produk pertanian di kabupaten ini,” ujar Ardi Surbakti warga Kecamatan Merdeka.