Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Ilusi gemar berlayangan di angkasa negeri ini. Misalnya, mengagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober 2019. Saya tidak ahli revolusi. Tapi saya tidak melihat gejalanya dalam iklim sosial politik dan ekonomi di negeri ini, hari-hari ini.
Para menteri kabinet masih solid. Tidak ada perpecahan bagai di zaman Soeharto sejumlah menteri seperti Ginanjar Kartasasmita dan Akbar Tanjung mengundurkan diri. Bahkan, DPR atas desakan mahasiswa meminta Soeharto lengser dari tahta kepresidenan.
Kita menyimak betapa politikus senior Gerindra, Permadi mengungkapkan secara terbuka agenda melengserkan Presiden Joko Widodo, bahkan sebelum pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih.
Pernyataan itu disampaikan Permadi di kediaman pribadinya kepada wartawan, di Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (28/9/2019).
Namun, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengatakan, partainya akan mendukung pelantikan Joko Widodo (Jokowi) - Ma'ruf Amin. Itu, dikatakannya di Gedung DPR/MPR, Minggu (29/9/2019).
Menurut Andre, pernyataan Permadi itu adalah sifatnya pribadi, sama sekali tidak mewakili mesin partai.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto pun menyebut bahwa ada upaya menjegal pelantikan Jokowi – Ma’ruf, pada 20 Oktober. Dia menyebut, ada kelompok yang mengunggangi aksi mahasiswa agar menduduki gedung MPR/DPR, sehingga lembaga tinggi negara itu tidak bisa menyelenggarakan pelantikan presiden dan wapres.
Namun aktivis mahasiswa segera menyangkal. Demonstrasi mahasiswa murni soal revisi UU KPK dan dan beberapa RUU lainnya. Mereka pun menolak ditunggangi oleh siapapun yang mempunyai agenda lain.
Saya teringat demo 1998 silam, yang diikuti kerusuhan massif di Jakarta, yang mengakibatkan Soeharto lengser. Empat mahasiswa Trisakti tewas. Banyak pula orang yang tewas dalam plasa yang terbakar.
Tapi faktor ekonomi sangat berperan. Nilai rupiah terjun bebas dari Rp 2.500 menjadi Rp 17.500 per US$. Banyak bank bangkrut, sehingga terjadi krisis moneter, harga sembako membubung dan PHK merajalela yang mengakibatkan instabilitas nasional. Nah, gejala itu, nihil hari-hari ini.
Revolusi itu tidak sekonyong-konyong meletus. Selalu ada proses yang mendahuluinya secara sosiologis, politis, faktor ekonomi yang morat-marit dan meletupkan kemarahan massal. Jika gejala itu zero, itu hanya ilusi. Lalu, senyap.
Saya pun percaya bahwa mayoritas rakyat lebih merindukan perubahan nasib. Bukan revolusi.
Syukurlah, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sudah angkat suara. “Siapapun yang melakukan tindakan anarkis, inkonstitusional, cara-cara yang kurang baik, termasuk ingin menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih akan berhadapan dengan TNI," ujar Hadi di Jakarta, Jumat (27/9/2019). Tabik!