Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan ini hanya menguat tipis 10,93 poin atau 0,18% di level 6.191,95. IHSG diperdagangkan dizona hijau yakni di rentang 6.178-6.201.
Pergerakan IHSG menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden cenderung landai. Hal ini disinyalir oleh tekanan pelemahan saham sektor konsumer yang cukup kuat dimana sektor konsumer melemah cukup dalam 3,12% diikuti pelemahan sektor manufaktur yang turun 1,1%, Agri turun 0,6% dan pertambangan turun 0,06%.
Analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, mengatakan, Jokowi Effect memang sudah memudar. Tidak seperti 5 tahun lalu dimana euforia investor turut membuat IHSG menguat 3,55% (46 hari perdagangan setelah pemilihan presiden 2014). Namun tahun ini justru menurun 1,5% (46 hari perdagangan setelah pilpres 2019).
"Ini berarti Jokowi Effect tidak berlaku lagi bagi investor dalam perdagangan saham," katanya, Jumat (18/10/3019).
Gunawan mengatakan, kinerja pertumbuhan ekonomi di 5 tahun terakhir 2014-2019 dinilai belum memberikan perubahan yang signifikan. Karena di tahun 2014, pertumbuhan ekonomi tercatat 5,01% kemudian turun di tahun 2015 menjadi 4,79%, naik kembali di tahun 2016 sebesar 5,02%, naik lagi di tahun 2017 di level 5,07% dan tertinggi di tahun 2018 sebesar 5,17%. Hingga kini, pertumbuhan ekonomi masih mencapai 5,06%.
Pertumbuhan ekonomi yang jauh dari target pemerintah membuat pelaku pasar kurang bergairah dan ini merupakan tugas yang besar bagi pemerintah dengan terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo diharapkan menggenjot kembali perekonomian dalam negeri.
Selain dari pertumbuhan ekonomi yang cenderung stagnan, melemahnya ekspor Indonesia juga menjadi perhatian utama di tengah lesunya sektor manufaktur di berbagai negara.
"Begitupun, diharapkan adanya kabinet kementerian yang baru nantinya memberikan jalan keluar bagi pertumbuhan ekonomi dan ekspor untuk lebih agresif dari sebelumnya," kata Gunawan.
Sementara itu, nilai tukar rupiah masih bertahan di level 14.140/dolar Amerika Serikat (AS). Di 5 tahun terakhir, rupiah masih berada di level 12.032/dolar AS. Pelemahan nilai tukar rupiah ini seiring dengan penguatan dolar yang tidak terbendung. Meski demikian, nilai tukar rupiah yang saat ini berada di posisi 14.140/dolar AS dinilai cukup kuat melawan penguatan dolar dan dinilai masih berada di rentang yang stabil.