Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Lubuk Pakam. Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Deli Serdang, Hj Anita Lubis, mengatakan, kanker payudara dan kanker serviks pembunuh nomor dua terbesar bagi kaum perempuan. Untuk itu, penyuluhan sejak dini harus dilakukan kepada perempuan ketika masih di SMA. Sehingga, para perempuan dapat mengetahui lebih cepat tanda-tanda munculnya penyakit yang selama ini menjadi momok bagi kaum perempuan.
"Selama ini kabayakan wanita merasa takut ketika mendapati payudaranya ada benjolan. Rasa takut dan khawatir itu merupakan hal yang wajar. Namun, sebelum memvonis diri sendiri, sebaiknya terlebih dahulu melakukan pemeriksaan dini. Sebab, tidak semua benjolan tersebut merupakan tanda-tanda kanker payudara. Bisa jadi benjolan itu berupa kanker jinak," kata Anita Lubis pada seminar deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks serta pelayanan kemoterapi, di RS Grand Med Lubuk Pakam, Sabtu (19/10/2019).
Dijelaskan Anita Lubis yang juga anggota DPRD Sumut ini, pihaknya terus melakukan edukasi atau seminar tentang kanker payudara dan kanker serviks tersebut. Termasuk berupaya merubah mindset masyarakat untuk tidak takut melakukan pemeriksaan sejak dini.
"Kan selama ini banyak masyarakat kita yang tak mau melakukan pemeriksaan medis. Alasannya karena takut ketahuan penyakitnya. Padahal, jika sejak dini sudah diketahui penyakitnya, maka akan lebih mudah cara penyembuhannya," paparnya.
Karena itu, Anita Lubis yang merupakan politikus Partai Demokrat ini menyambut gembira adanya kerja sama YKI Cabang Deli Serdang dengan RS Grand Med. Sehingga, pasien kanker payudara dan kanker serviks tidak lagi harus berobat jauh sampai keluar negeri.
Dirut RS Grand Med Lubuk Pakam, dr Arif Sujatmiko di hadapan 130 peserta terdiri dari dokter puskesmas dan bidan memaparkan bahwa tujuan dilakukannya seminar guna menambah wawasan dalam penanganan penyakit kanker. Ia juga memperlihatkan sarana dan prasarana serta alat medis kemoterapi yang ada di rumah sakit yang ia pimpin.
dr Rismauli Doloksaribu selaku narasumber yang juga dokter spesialis penyakit dalam di RS Grand Med mengatakan, selama ini jika ada pasien pengidap kanker sudah dianggap sebagai penyakit kronis. Padahal, dengan kemajuan tehnologi kesehatan dan obat-obatan, kanker bukan lagi menjadi "momok" yang menakutkan. Bahkan, kini pasien pengidap kanker bisa hidup lebih panjang.
"Kemudian ada yang mengatakan jika kemoterapi itu menyakitkan, padahal tidak. Bahkan, kemoterapi saat ini sudah bisa dikombinasikan. Contoh, bisa dilakukan operasi terlebih dahulu baru kemoterapi atau sebaliknya. Nah, di RS Grand Med hal itu sudah bisa dilakukan," tutur dr Rismauli.
Ia juga mengingatkan, setiap pasien yang menjalani kemoterapi harus terus dipantau. Jika tiga hari lagi pasien tersebut harus melakukan kontrol, maka pihaknya akan menelepon pasien atau keluarga yang bersangkutan. Sehingga kemoterapi yang bertujuan untuk menyembuhkan, mengurangi dan mengatasi gejala dapat berjalan sesuai harapan.
Selain itu, tambahnya, kemoterapi juga bertujuan untuk memperpanjang harapan hidup, memperlama kemungkinan kekambuhan dan memperlancar tindakan kemoterapi lanjutan.
dr Rismauli mengakui bahwa obat kanker itu cukup mahal, tapi sudah ditanggung BPJS sesuai kuota yang ada. Malah, jika membeli obat melalui YKI bisa lebih murah hingga 40%.
"Saat ini penanganan kemoterapi di Rumah Sakit Grand Med gak kalah kok dengan rumah sakit di Penang. Kemoterapi yang kita lakukan itu secara terencana. Kalau ketika melihat ada pasien yang akan kita kemoterapi justru mendatangkan mudaratnya, maka kemoterapi kita tunda. Kita kondisikan dulu tubuh pasien agar lebih baik, baru dilakukan kemoterapi. Efek samping memang kepala menjadi botak dan muntah-muntah. Tapi setiap saat kita terus memantau pasien yang kita tangani. Jika sudah kembali ke rumah, tetap juga kita pantau melalui telepon," papar dr Rismauli.