Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pasca pelantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, investor berharap Jokowi Effect dapat mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak naik signifikan seperti 5 tahun silam. Namun hal ini tampaknya tidak terjadi pasca pelantikan Jokowi di periode kedua ini.
Pergerakan IHSG hanya menyentuh level tertinggi di level 6.228. Bahkan IHSG sempat berada di zona merah yakni di level 6.187, meskipun pada akhirnya IHSG ditutup naik tipis 7 poin atau naik 0,114% di level 6.198.
Analis pasar keuangan, Gunawa. Benjamin, mengatakan, hilangnya Jokowi Effect ditengarai karena pidato yang disampaikan Jokowi belum memberikan solusi dan jalan keluar menggenjot investasi di dalam negeri.
"Apalagi pengumuman Kabinet Kerja Jilid II yang seharusnya diumumkan pada hari ini ternyata diundur pada Rabu pagi mendatang. Awalnya tingginya ekspektasi dan antusias investor akan pengumuman calon menteri. Tapi justru membuat investor kini menjadi lesu," katanya, Senin (21/10/2019).
Sebelumnya, kehadiran Erick Tohir di Istana Presiden sempat membuat saham ABBA melonjak di atas 20%, diikuti penguatan saham VIVA yang naik di atas 7%. Namun adanya penundaan pengumuman calon menteri Kabinet Jokowi Jilid 2 ini membuat saham tersebut turun lagi.
Disisi lain, nilai tukar rupiah merespon positif pelantikan dan pidato Presiden Jokowi. Nilia tukar rupiah naik 0,55% di kisaran 14.075/dolar AS. Tidak hanya nilai tukar rupiah yang mengalami penguatan terhadap dolar AS, nilai tukar mata uang negara emerging market lainnya juga menguat terkecuali yen Jepang yang melemah tipis 0,166%.
"Saya kira nilai tukar rupiah berpotensi menembus penguatan di bawah level Rp 14.000/dolar AS. Hal ini seiring dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia yang rendah mengikuti situasi perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini," kata Gunawan.