Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Pangandaran. Sejumlah petani garam dari Desa Eretan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mendatangi kediaman Susi Pudjiastuti di Kabupaten Pangandaran, Rabu (11/12/2019). Kepada mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu, para petani garam ini mengeluhkan kondisi harga jual garam anjlok.
Khaeri, perwakilan petani garam dari kelompok Tirta Babajaring memaparkan saat ini harga jual garam, diterima dengan harga Rp 180-200/kg. Menurut dia ini adalah harga terburuk yang pernah dialaminya.
"Jelas membuat kami bingung. Sudah harganya jatuh, menjualnya pun susah karena rata-rata gudang milik bandar atau pengepul sudah penuh," kata Khaeri didampingi temannya Sahidin.
Harga jual rendah itu menurut dia tak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan.
"Memang orang bilang petani garam itu tanpa modal bahan baku. Tapi kita mengeluarkan tenaga dan beli karung," kata Khaeri.
Kondisi tersebut sudah terjadi sejak awal tahun 2019 dan harga terus merosot. Mereka berharap setidaknya harga jual berada di angka Rp 500/kg.
"Kalau Rp 500, masih adalah sisa untuk makan keluarga. Kami masih bisa bertahan," kata Sahidin.
Kedua petani garam itu mengatakan kehadiran garam impor yang membanjiri pasar mempengaruhi harga garam lokal. Sebelum ada kebijakan impor garam, mereka mengatakan garam bisa terjual Rp 1.000/kg.
"Tahun 2018, sebelum ramai-ramai impor, harga masih lumayan. Masuk 2019, terus merosot bahkan pernah sampai Rp 100/kg," kata Khaeri.
Hal lain yang mendorong anjloknya harga garam adalah musim kemarau tahun ini yang relatif lebih panjang. Sehingga produksi melimpah.
Terkait kedatangannya ke Pangandaran, Khaeri mengaku hanya sebatas ingin mengadu dan meminta bantuan.
"Ya istilahnya mengadu, barangkali ada solusi. Soalnya saking repotnya ekonomi keluarga, saya sudah jual barang-barang di rumah untuk beli beras," katanya.
Susi Pudjiastuti sendiri mengaku kerap mendengar keluhan serupa. Petani garam di berbagai daerah menjerit dengan efek impor garam.
"Saya pikir kebijakan impor itu harus dievaluasi atau dikendalikan. Jangan sampai menyulitkan petani garam," katanya.
Untuk menjawab keluhan Khaeri dan kawan-kawan, Susi memutuskan memborong garam sebanyak 7 ton dengan harga Rp 1.000/kg.(dtf)