Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Masyarakat peternak maupun sejumlah kelompok pemerhati, sudah lama menyuarakan menurunnya populasi ikan pora-pora, atau dikenal juga ikan bilih, di perairan Danau Toba, Sumatra Utara.
Terakhir pada pertengahan September 2019 yang lalu, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan mendorong pelestarian ikan pora-pora tersebut dengan mendorong pengelolaan sumber daya ikan di perairan Danau Toba.
Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi, pun sudah mengetahui penurunan populasi ikan pora-pora tersebut. Dia pun turut perihatin dengan kondisi Danau Toba saat ini yang sudah tercemar, akibat adanya Keramba Jaring Apung (KJA).
Sebab akibat pencemaran itu, diduga populasi ikan pora-pora yang merupakan salah satu ikan khas perairan Danau Toba, terus mengalami penurunan cukup drastis dalam beberapa tahun belakangan ini
Gubernur Edy membandingkan kondisi danau Toba saat ini dengan masa lampau saat dirinya masih anak-anak yang sering berkunjung ke sana. Punahnya ikan tersebut, kuat dugaan karena adanya pencemaran lingkungan.
"Dulu waktu saya masih kecil, ikan pora-pora banyak di situ. Kenapa sekarang sudah tidak ada, berarti ada pencemaran di sana itu," kata Edy menjawab wartawan di Medan, Senin (13/01/2020).
Oleh karena itulah, menurut Edy seluruh warga Sumut pasti tahu mengapa ikan pora-pora sulit untuk ditemukan di danau itu. "Masalah ya Anda pasti sudah tahu," ujarnya.
Saat ini, pihaknya tengah fokus untuk melakukan pembenahan terhadap lokasi-lokasi wisata di Danau Toba. Sebab tidak hanya ingin mendatangkan wisatawan lokal maupun internasional, dirinya mengaku akan berupaya menindak pelaku-pelaku pencemaran lingkungan yang ada di sana. "Iya harus kita hilangkan pencemaran yang ada di Danau Toba itu," ujarnya.