Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Fakta yang membuat hati jadi miris dipaparkan Kepala Dinas Kesehatan, Alwi Mujahid Hasibuan, tentang angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) tahun 2019 di Sumatera Utara. Disampaikannya pada rapat dengar pendapat dengan Komisi E DPRD Sumut, Kamis (16/1/2020).
Disebutkan Alwi, tahun ini terdapat 80,1 orang ibu yang meninggal dunia dari setiap 100.000 yang melahirkan. Sedangkan untuk bayi, dari 1000 yang lahir, 4,5 orang diantaranya meninggal. Kendati tidak disebutkannya Sumut berada di peringkat berapa terburuk di tingkat nasional data tersebut membuat para anggota Komisi E terperanjat.
Ungkapnya, secara terus-menerus hingga tahun 2023 saat berakhirnya masa jabatan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, Dinkes akan menekan angka kematian ibu dan bayi itu.
"Angka yang cukup besar itu kematian ibu dan bayi di Sumut, kita akan terus berupaya menekannya," terang Alwi kepada medanbisnisdaily.com seusai rapat.
BACA JUGA: Dear Pak Gubernur, Jumlah Bayi Stunting di Sumut Berada di Atas Angka Nasional Lho!
Tingginya angka kematian ibu dan bayi, terangnya, penyebabnya karena perilaku ibu. Tidak mau memeriksakan kesehatan serta perkembangan janin secara berkala ke dokter. Baik ke Puskesmas atau RS. Lebih suka memeriksakan ke bidan atau yang lainnya. Padahal dari segi peralatan atau fasilitas, kelengkapannya di RS lebih terjamin.
"Coba kalau misalnya terjadi pendarahan, kan di RS peralatannya standby guna mencegah dampak yang lebih buruk," papar Alwi.
Secara berturut-turut AKI akan ditekan menjadi 75 per-100.000 kelahiran hidup pada 2020, 70 pada 2021, 68 pada 2022 dan 64 pada 2023.
Sedangkan AKB, hingga tahun 2021 menjadi 4,1 untuk setiap 1000 kelahiran bayi. Dan menjadi 3,7 pada 2023.