Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Belakangan ini warga dunia digegerkan munculnya virus corona. Kekhawatiran Virus yang berasal dari kota Wuhan, China itu kini mulai menyetil harga minyak dunia.
Harga minyak Brent turun sebesar 10% sejak 17 Januari 2020 lalu atau saat pemerintah China mengumumkan kematian dua warganya akibat virus Corona.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan memantau dampak virus corona terhadap harga minyak tersebut. Sebab harga minyak dunia sangat berkaitan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.
"Ya tentu kita lihat karena virus corona kan sebarannya kan dilihat. Penurunan harga minyak selalu kepada ekonomi Indonesia, antara lain tentu kaitannya dengan impor BBM dan harga BBM," ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (28/1/2020).
Sebagaimana diketahui, pemerintah China kini sudah mengunci penuh akses keluar masuk 15 kota di Negeri Tirai Bambu itu. Mengingat, korban tewas imbas wabah tersebut saat ini sudah mencapai 80 jiwa, dengan hampir 3.000 kasus terkonfirmasi berasal dari daratan China dan dari 50 tempat di beberapa negara lainnya.
Lantas, hal itu membuat investor dunia khawatir penyebaran virus corona akan melemahkan perekonomian global dan menurunkan permintaan akan minyak mentah.
"Semakin banyaknya korban jiwa membuat investor khawatir tentang potensi gangguan ekonomi. Harga batubara, besi, dan minyak telah jatuh karena investor mengantisipasi gangguan pasokan pada industri dan pelambatan aktivitas ekonomi," ujar Analis Rabobank dikutip dari CNN.com, Selasa (28/1/2020).
International Energy Agency menjelaskan yang membuat virus Corona itu berkorelasi terhadap penurunan harga minyak dunia karena permintaannya berkurang drastis. Pemicunya China yang merupakan konsumen energi terbesar kedua di dunia ini tengah membatasi permintaan minyaknya akibat minimnya aktivitas ekonomi di sana.
Sejauh ini, aktivitas transportasi dan hiburan di China juga sudah mengalami penurunan hingga 10%. Terutama untuk transportasi, menurut Chief Market Strategist AxiCorp Stephen Innes pembatasan transportasi China juga akan menurunkan permintaan terhadap produk minyak seperti avtur.
Lantas, hal itu akan membuat pasar global kewalahan lantaran terjadi kelebihan pasokan untuk komoditas tersebut. Tak heran, saham raksasa minyak dunia, Saudi Aramco, sejak Senin (27/1/2020) kemarin diperdagangkan sedikit lebih lemah dari biasanya atau harga sahamnya turun sekitar 3%. dtc