Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi bercerita saat mengawal proses evakuasi 238 WNI dari Wuhan, China. Retno mengaku tidak bisa tidur selama dua hari demi kembalinya WNI ke Tanah Air.
"Paling tidak, waktu itu 2 malam berturut-turut itu hampir tidak tidur," ujar Retno saat mengawali kisahnya di Kantin Diplomasi, Kemlu, Jalan Taman Pejambon, Jakarta Pusat, Selasa (18/2/2020).
Satu hari sebelum dilakukan evakuasi, Jumat (31/1), Retno selalu menjalin komunikasi dengan KBRI Beijing yang sudah berada di Wuhan. Setiap pergerakan tim selalu dipantau oleh Retno.
"Mulai dari tanggal 31 Januari ini setiap Pak Ari (Arianto Sudojo, KBRI Beijing) saya selalu nge-text, 'Ri, lu gerak ke mana?' 'Bu, saya sampai di sini'. 'Ri, tim lengkap?' 'Lengkap Bu'," kata Retno.
"Saya agak merinding (saat cerita), sampai masuk perbatasan. Begitu masuk perbatasan tim aju (pendahulu), Pak Ari kontak, 'Bu kami tim sudah masuk ke perbatasan'. 'Masih berapa jauh lagi Ri?'," imbuhnya.
Retno pun mendapatkan kabar saat tim pendahulu sudah bertemu dengan WNI di Wuhan. Retno meminta agar berkomunikasi dengan WNI tersebut.
"Pada saat pertemuan pertama dengan teman-teman yang ada di Kota Wuhan saya tanya, 'Ri, posisi di mana?' 'Saya dengan teman-teman, Bu'. Boleh nggak saya bicara dengan teman-teman?'," tutur Retno.
Melalui sambungan telepon, Retno berkomunikasi dengan WNI yang hendak dievakuasi. Retno mengaku selalu memberikan semangat kepada mereka agar bisa kembali ke Tanah Air dalam keadaan sehat.
"Jadi kemudian saya telepon dengan teman-teman untuk mem-push semangat, karena mereka harus semangatnya tinggi. Mereka harus, kalau semangatnya tinggi insya Allah mereka juga sehat untuk dilakukan evakuasi," katanya.
Saat pesawat diberangkatkan dari Wuhan, Retno terus memantau pergerakan WNI itu. Dia terus mengontak petugas bandara apakah pesawat yang mengevakuasi 238 WNI itu sudah mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau.
"Belum lagi keesokan harinya pesawat ini saya juga pantau. Pesawat sampai di mana, mendarat dan sebagainya sampai kepada pergerakan setiap titik. Saya ingat waktu pergerakan pertama dari LZ (Landing Zone) paling pagi pukul 09.00 WIB pagi. Kita kontak, LZ sudah jalan belum? Sudah dan sebagainya," katanya.
Begitulah keseruan dalam proses evakuasi WNI dari pusat wabah virus Corona itu, sebut Retno. Dia mengatakan, berkat kerja sama seluruh tim, evakuasi bisa berjalan dengan lancar.
"Jadi itu serunya pada saat kita sedang proses evakuasi. Sekali lagi kekompakan kita. Komunikasi di antara kita betul-betul sangat intensif untuk persiapan dan pelaksanaan evakuasi," jelas Retno.
Selain itu, Retno mengatakan menjadi seorang diplomat tidak hanya dituntut bisa melakukan diplomasi dengan baik, tapi juga memiliki keahlian dalam penugasan penjemputan WNI di wilayah yang terkena wabah virus yang mematikan.
"Jadi kadang-kadang kita sebagai diplomat agak, apa ya. Diplomat tiba-tiba mendapatkan penugasan untuk penjemputan WNI di wilayah yang sedang terkena Wabah. Jadi ini juga persiapannya juga matang," sebut Retno.
Dengan demikian, Retno mengatakan Kementerian Luar Negeri tidak hanya mengajarkan teknik negosiasi kepada pada para diplomat. Tetapi juga ilmu tentang cara evakuasi warga negara.
"Dan kita juga di dalam kurikulum pendidikan kita, pendidikan diplomat yang mungkin di masa yang lalu hanya penuh dengan negosiasi dan sebagainya. Sekarang sudah dilengkapi dengan ilmu yang terkait evakuasi warga negara. Jadi ini adalah ilmu baru yang memang harus dimiliki oleh setiap diplomat Indonesia. Ini sekarang saya bisa share kepada ibu dan bapak sekalian, dan alhamdulillah selesai dengan baik," pungkasnya. dtc