Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Runtuhnya permintaan minyak telah menyebabkan harga minyak mentah jatuh ke posisi terendah selama 18 tahun akibat krisis pandemi corona
"Pasar mulai memberi sinyal bahwa tidak hanya permintaan yang menurun, pada akhirnya tidak ada lagi tempat untuk menampung tumpukan minyak," kata Jeff Wyll, Analis Energi Senior di Neuberger Berman.
Menurut, Bank asal Amerika, Goldman Sachs Group mengatakan, fasilitas penyimpanan, kilang, terminal, kapal dan pipa pada akhirnya akan penuh, hal ini sesuatu yang belum terjadi sejak 1998.
Dilansir dari CNN Bussines, Bloomberg News melaporkan, kelebihan kepasitas pada penyimpanan minyak ini menciptakan skenario di mana harga minyak sudah berada bawah nol. Misalnya, harga minyak mentah Wyoming baru-baru ini menawar negatif 19 sen per barel.
Reuters melaporkan, bahwa harga minyak di bawah nol memang aneh. Tahun lalu, harga gas alam AS di Texas Barat diperdagangkan di wilayah negatif selama lebih dari dua minggu karena tidak ada cukup pipa untuk membawa gas pergi.
Tetapi, harga gas alam negatif tidak benar-benar menghambat produksi. Itu karena gas alam Texas Barat sebagian besar merupakan produk sampingan. Perusahaan minyak Texas bersedia mengambil kerugian pada gas alam untuk mendapatkan pasokan minyak yang lebih berharga.
Dengan jatuhnya harga minyak dunia, kini minyak telah kehilangan lebih dari dua pertiga nilainya sejak Januari lalu. Sekarang, perusahaan-perusahaan minyak AS mulai membuat keputusan dengan terpaksa untuk menutup produksi.
Rystad Energy mengatakan bahwa negara besar yang menjadi surplus pasar minyak akan memaksa penutupan produksi dalam jumlah besar pada bulan April dan Mei. Sumur minyak kemungkinan akan ditutup lebih dulu.
Chevron (CVX) mengumumkan pada minggu lalu untuk memangkas pengeluaran sebesar 30% dan menurunkan target output sebesar 20%.
Akhirnya, industri bisa kehilangan sebanyak 5 juta barel per hari dari kapasitas pasokan minyak, kata Goldman Sachs.
Meskipun harga minyak utama seperti West Texas Intermediate dan Brent diperdagangkan di utara seharga US$ 20 setara Rp 334.000 (Kus 16.500) per barel.
Beberapa harga regional baru-baru ini jatuh ke wilayah satu digit (dalam dollar). Itu berlaku untuk grade minyak mentah yang ada di daratan di mana akses ke penyimpanan bahkan lebih sulit.
"Permintaan jatuh begitu cepat relatif terhadap pasokan sehingga masalah utama banyak produsen tidak dapat memastikan laba operasi melainkan jika mereka dapat menemukan pemasok minyak mentah mereka," tulis analis di JBC Energy pada Selasa (31/3/2020)
Satu opsi penyimpanan memuat semua minyak mentah ekstra ke kapal. JBC mengatakan sekitar 20% dari armada global pembawa minyak mentah yang sangat besar (VLCC) dapat penyimpanan di kapal.
Pada bulan April, sekitar 6 juta barel per hari minyak mentah mungkin benar-benar tidak punya tempat penyimpanan, dan kapasitas minyak mentah akan mengalami kenaikan menjadi 7 juta barel per hari pada bulan Mei.
Tentu saja, permintaan yang lemah yang disebabkan oleh pandemi virus corona tidak akan bertahan selamanya.
Setelah pandemi selesai, maskapai akan mengudara lagi dan akan membeli bahan bakar pesawatnya. Pengemudi Amerika akan membeli lebih banyak bensin saat mereka kembali bekerja.
Kepala Komoditas Goldman Sachs Jeffrey Currie, mengatakan bahwa, kelebihan kapasiatas minyak hari ini mungkin tiba-tiba berubah menjadi kelangkaan minyak besok, mendorong harga jauh di atas US$ 55 atau Rp 920.000 tahun depan.(dtf)