Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Ditjen Perikanan Budidaya optimis bisa mendorong industrialisasi rumput laut nasional di tengah wabah Corona (COVID-19).
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, mengatakan rumput laut memiliki kontribusi besar terhadap nilai ekspor perikanan nasional. Di tengah wabah COVID-19, aktivitas ekspor rumput laut, akan turut menyumbang devisa negara untuk memitigasi dampak ekonomi akibat COVID-19 yang mempengaruhi kinerja ekonomi nasional.
"Saya rasa ekspor rumput laut ini memicu optimisme kita bahwa meski di tengah wabah COVID-19 kegiatan ekonomi perikanan masih berjalan," ujar Slamet, dalam keterangan tertulis, Senin (27/4/2020).
Perlu diketahui pada Sabtu (25/4) lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo melepas ekspor rumput laut jenis Spinosum di Serang - Banten sebanyak 53,5 ton dari CV. Delton dalam bentuk raw material kering dengan nilai ekspor mencapai Rp 700 juta. Spinosum merupakan jenis alga merah yang nilai manfaatnya cukup besar, sehingga sangat potensial didorong untuk menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor selain Eucheuma cottoni.
Slamet menjelaskan Eucheuma cottoni dan Spinosum telah bisa kita dikembangkan secara massal di Indonesia. Ia pun mengajak masyarakat pembudidaya untuk melakukan budidaya rumput laut dengan cara yang benar, sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada sehingga akan dihasilkan produk rumput laut dengan kandungan agar/karagenan/alginate yang bagus.
"Rumput laut punya peluang sangat mudah untuk dikembangkan karena biaya produksinya murah dan dapat menyerap banyak tenaga kerja serta meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir," jelas Slamet.
Slamet menuturkan saat melepas ekspor rumput laut di Serang Sabtu lalu, Edhy mengungkapkan kegiatan ekspor ini adalah momen yang menggembirakan. Di mana di tengah pandemi COVID-19, Indonesia tetap bisa melakukan ekspor rumput laut. Terlebih, ekspansi tujuan ekspor produk perikanan terus meluas, seperti tujuan Vietnam yang menjadi market baru.
"Padahal kita tahu sebelumnya market rumput laut kita didominasi ke China dan Filipina. Terbukanya ekspor ke Vietnam, ini akan menaikkan nilai ekonomi jenis Spinosum yang sangat potensial di Indonesia. Artinya akan lebih banyak masyarakat yang terlibat dalam usaha budidaya rumput laut ini," jelas Slamet.
Slamet pun berharap, tidak hanya rumput laut, komoditas lain seperti kerapu, udang dan beberapa komoditas perikanan lainnya juga bisa memberikan kepastian bahwa ekspor produk perikanan tetap berjalan dan prospektif di tengah pandemi.
Sementara itu, Direktur Utama CV. Delton Cabang Serang Jaja Mujahidin mengungkapkan, bahwa saat ini permintaan rumput laut jenis Spinosum ke Vietnam mencapai 3.000 ton per bulan dengan nilai mencapai Rp 36 miliar per bulan.
Menurutnya jenis Spinosum punya nilai manfaat yang tinggi sebagaimana jenis Eucheuma cottoni. Keuntungan lainnya, jenis ini lebih adaptif dan tahan terhadap penyakit seperti ice-ice.
Sebagai informasi, tahun 2019 tercatat nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai USD 324,84 juta atau tumbuh 11,31% dibanding tahun 2018 yang mencapai USD 291,83 juta. Selama rentang waktu 2014 - 2019, ekspor rumput laut nasional tercatat tumbuh rata-rata per tahun sebesar 6,53%.
Sedangkan produksi rumput laut nasional hasil budidaya tahun 2018, tercatat sebanyak 10,18 juta ton. Oleh karena itu, KKP menargetkan tahun 2020 produksi rumput laut mencapai 10,99 juta ton dan diproyeksikan mencapai 12,33 juta ton pada tahun 2024. Indonesia sendiri diuntungkan sebagai negara dengan potensi sumber daya rumput laut yang besar.
Sebagai bagian dari segi karang dunia, Indonesia memiliki setidaknya 550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi. Pemerintah telah membentuk Pokja untuk melakukan percepatan industrialisasi nasional, untuk mendorong hal tersebut, KKP telah menyusun peta jalan percepatan produksi rumput laut nasional.(dtf)