Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput Sungai Sigeaon di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara, yang membelah Kota Tarutung, sangat membutuhkan pembangunan sheet pile di tanggul sisi barat. Sheet pile sering disebut tiang pancang untuk konstruksi penahan tanah yang lentur dan banyak digunakan dalam penanggulangan kelongsoran, misalnya pada tebing-tebing kali atau sungai.
Memang, empat tahun lalu sudah dibangun sheet pile menggunakan anggaran pusat pada sebelah timur sungai atau ke sisi jalan nasional di Sipoholon, Pardangguran, Jalan DR Ferdinand Lumbantobing dan komplek Masjid Tarutung. Masalah sekarang adalah di sebelah barat sungai di sepanjang wilayah Siualoumpu, Jalan Diponegoro, Jalan Raja Rangkea Sipagagan, Aek Siansimun dan Saitnihuta.
Seperti diketahui, longsor akibat rembesan arus sungai sudah terjadi di Jalan Diponegoro, depan kantor PDAM Mual Natio Taput, beberapa bulan lalu. Kondisi serupa berlanjut dua hari lalu.
Dilaporkan, badan Jalan Raja Rangkea Sipagagan ambruk akibat diterjang arus sungai. Peristiwa terjadi saat hujan mengguyur Kota Tarutung. Longsoran terjadi di empat titik di Jalan Rangkea Sipapagan. Jalan ini diresmikan 20 Februari 2004 saat Bupati Taput dijabat RE Nainggolan.
Terjangan arus sungai menghantam badan jalan beraspal disisi sungai. Sejurus, akses ke kawasan pemukiman inipun diperkirakan akan tertutup beberapa minggu ke depan.
Hari ini, Selasa (5/5/2020), Badan Penanggulangan Bencana Daerah Taput mulai mengerjakan pemulihan sementara terhadap tanggul dan badan jalan yang ambruk. Diperkirakan, recovery ini akan selesai beberapa minggu ke depan.
"Iya, kita akan membangun dengan menggunakan dana TT, di pos bencana alam daerah," kata Sekda Taput, Indra Simaremare, saat dihubungi medanbisnisdaily.com.
Meskipun demikian, pihaknya juga sudah menyurati pemerintah pusat agar segera membangun sheet pile di pinggir sungai. "Kita sudah menyurati pemerintah pusat, agar dibangun sheet pile di tanggul tersebut," kata Indra.
Sejumlah sumber menjelaskan, daya dukung Sungai Sigeaon yang sering dijuluki "Selendang Silindung" ini bersama saudaranya Sungai Situmandi, memang sudah sangat berkurang. Dilaporkan, semakin minimnya daerah resapan air di bahagian hulu, yang ditengarai dengan semakin masifnya pengrusakan ekosistem sungai, serta penambangan pasir yang tidak terkendali.
Ada lagi penyebab lain, terjadinya pergeseran 'palawijaisme' di bantaran sungai oleh masyarakat yang selama ini masih ditumbuhi pohon-pohon alam.
Di temui di Jalan Ranghea Sipapagan, Edison Lumbantobing, warga sekitar sungai, meminta pemerintah pusat memberikan perhatian terhadap keselamatan sungai ini. "Kalau dibiarkan mungkin akan terjadi longsoran berikutnya dan tanggul sungai dan jalan di atasnya akan hancur," ucapnya.
Kata Edi, untuk membangun sheet pile di Sigeaon APBD Taput tidak akan sanggup, karena dananya terlalu besar. "Maka kita berharap pusat segera turun tangan," katanya.
Ia juga berharap anggota DPR-RI dan DPRD-SU dari daerah pemilihan Kabupaten Tapanuli Utara ikut mendorong pemerintah segera membangun tiang-tiang pancang (sheet pile) di tanggul sungai. "Ini demi keselamatan sungai, jalan kota dan pemukiman disekitarnya,"paparnya.