Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pada 28 April 2020, Uni Emirat Arab (UEA) mengirimkan 20 ton alat kesehatan (alkes) dan alat penunjang lainnya ke Indonesia untuk penanganan virus Corona (COVID-19). Bantuan itu diserahkan oleh Duta Besar Uni Emirat Arab untuk RI Abdulla Salem Al-Dhaher kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Ternyata, usai pengiriman tersebut, Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan (Kemendag) menemukan kegiatan ekspor pangan yang langsung diangkut pesawat dari UEA tersebut. Menurut BPPP Kemendag, pesawat UEA tersebut mengangkut 40 ton komoditas pangan dari Indonesia.
"Saya ingin menyampaikan sebuah faktanya bahwa ada sebuah transaksi yaitu saat pesawat dari UEA mengirim bantuan alkes. Dia sudah merencanakan dan sudah komunikasikan sebelumnya isi kontainernya sebanyak 40 ton itu diisi oleh pangan dari Indonesia," ungkap Kepala BP3 Kasan Muhri dalam webinar pangan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Kamis (14/5/2020).
Menurut Kasan, sebelum pesawat pembawa alkes UEA berangkat dari Kota Dubai, pihak UEA sudah berkomunikasi dengan beberapa perusahaan di Indonesia untuk memasok pesawatnya tersebut dengan komoditas pangan. Namun, Kasan tak menerangkan lebih lanjut komoditas pangan apa saja yang dipasok.
"Jadi sebelum take off dari Dubai, itu langsung dikomunikasikan ke Indonesia dan perusahaan di sini bisa langsung memenuhi permintaan untuk mengisi kargo 40 ton di pesawat itu," urainya.
Menurut Kasan, kegiatan ekspor pangan di tengah pandemi Corona ini merupakan salah satu persoalan yang berkaitan langsung dengan stok dalam negeri.
"Nah itu juga mungkin masalah pangan yang juga kita catat," ungkap dia.
Tak hanya ke UEA, ternyata di tengah pandemi ini, di mana kebutuhan pangan dalam negeri meningkat, ekspor pangan juga terus dilakukan ke Korea Selatan.
"Ekspor pangan Januari-Maret itu juga naik meski hanya 1%, terutama buah-buahan. Dan beberapa informasi yang saya peroleh, tetap ekspor pangan ke beberapa negara itu juga terjadi, ke Korea, UEA," urainya.
Sebelumnya, ia juga mengungkapkan ada peningkatan ekspor bawang merah hingga tiga kali lipat pada periode Januari-Maret 2020, jika dibandingkan dengan periode di tahun 2019. Padahal, kala itu menurut keterangannya produksi bawang merah dalam negeri sedang menurun hingga 30%.
"Saya agak surprise bawang merah, ada informasi adanya masalah ketersediaan ini karena faktor produksi yang mengalami penurunan sekitar 30%. Justru Januari-Maret saya mencatat bawang merah ada yang diekspor sekitar 19 ton memang. Tetapi saya lihat ini kalau dibandingkan Januari-Maret 2019 itu naik 3 kali lipat," pungkas Kasan.(dtf)