Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Sukrampal, seorang petani di India sedang memanen gandum. Namun lockdown membuatnya kekurangan pekerja yang bisa disewa untuk bekerja di ladang. Lockdown juga membuatnya kebingungan harus kemana jual hasil panennya tersebut.
Akhir bulan lalu, Sukrampal harus mengemis dan meminjam buruh tani dari desa-desa terdekat untuk mengumpulkan panen gandum terbesar di bagian Haryana dekat New Delhi. Seperti diketahui, India adalah produsen dan konsumen gandum terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.
Bagi Sukrampal, masalah ini mendesak karena berisiko merusak seluruh tanah jika hasil produksi tak dipindahkan dalam beberapa hari ke depan. Dia berjuang untuk menjaga kadar air dalam gandum di bawah 13% hingga 14%. Jika terlalu basah, biji-bijian kurang menarik bagi pembeli dan harganya akan lebih murah.
Tanaman terbesar yang dikumpulkan secara global selama pandemi tersebut bernilai lebih dari US$ 26 miliar atau setara dengan Rp 384,8 triliun (kurs Rp 14.800/US$).
Namun lockdown telah menghantam lebih dari 7.000 pasar makanan grosir di India, yang merupakan satu-satunya saluran untuk mendapatkan pasokan makanan bagi 1,3 miliar penduduk India.
"Hampir 90% dari pekerja tidak ada di sekitar. Musim lalu, ada sekitar 5.000 pekerja dan musim ini hanya ada 500. Kami belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya," kata Agen Komisi di Pasar Butir Gharaunda, Radhe Shyam dilansir Reuters, Jumat (15/5/2020).
Petani gandum di India menjual biji-bijian mereka secara eksklusif di pasar grosir ini ke agen komisi, yang menjualnya kepada pemerintah dan pedagang swasta. Agen komisi biasanya mempekerjakan tentara untuk membongkar, membersihkan, menimbang, mengemas, dan memuat kembali jutaan karung gandum ke troli traktor yang kemudian membawanya ke gudang pemerintah dan swasta.
Sejak ada lockdown, gudang dikosongkan dan pasokan rantai makanan di negara terpadat kedua tersebut putus. Pendapatan bagi jutaan buruh juga telah dipangkas, padahal seharusnya di musim panen ini mereka bisa mendapat penghasilan hingga setengah pendapatan tahunan.(dtf)